Bangun Kemitraan Industri, Eksportir, dan Petani Kakao

Nusa Dua, 16 November 2019, pelakubisnis.com  – Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mendorong industri dan perdagangan pengolahan kakao dan cokelat melalui penguatan jalinan kemitraan industri, eksportir dengan para petani kakao. Kemitraan tersebut dapat memperkuat industri pengolahan kakao dan cokelat serta mendorong ekspor produk kakao olahan ke pasar global.

Demikian disampaikan Agus Suparmanto  saat menutup Konferensi Kakao Internasional Indonesia ke-7 (Indonesian International Cocoa Conference/IICC & Dinner) 2019 di Nusa Dua, Bali, hari ini, pada 15/11.

“Indonesia sebagai negara utama penghasil biji kakao dan produk kakao di dunia, sangat berkepentingan atas upaya bersama para pemangku kepentingan dalam merespons isu-isu terkait industri kakao, khususnya produksi kakao global yang berkelanjutan,” ungkap  Agus.

Salah satu cara menjaga pasokan kakao yang berkelanjutan yaitu dengan meningkatkan produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan melalui kemitraan industri pengolahan kakao dan cokelat dengan eksportir dan petani. “Kemitraan yang terjalin di antara industri, eksportir, dan petani dapat memperkuat industri kakao di dalam negeri dan memajukan para petani kakao sekaligus perekonomian Indonesia,” ungkap Agus.

Menurut Agus, saat ini industri pengolahan kakao dan cokelat di Indonesia menghadapi tantangan kontinuitas pasokan bahan baku biji kakao di dalam negeri yang masih belum mencukupi. Untuk memenuhi kapasitas produksinya, industri pengolahan kakao dan cokelat masih mengimpor biji kakao dengan menggunakan berbagai fasilitas kemudahan impor.

Pada 2018, impor biji kakao untuk kebutuhan bahan baku industri Indonesia mencapai 226 ribu ton. Sedangkan pasokan dari dalam negeri hanya mencapai 32,5 persen dari kebutuhan industri tersebut. “Kemitraan industri dan eksportir serta petani merupakan salah satu cara menjawab tantangan itu. Para petani kakao berpeluang memberikan kontribusi yang lebih besar lagi,” tegas  Agus.

Agus  juga menyampaikan, Indonesia kini telah bertransformasi dari negara produsen biji kakao nomor empat dunia menjadi negara industri pengolah kakao terbesar ke dua di dunia. Nilai investasi pada industri ini di tahun 2018 mencapai Rp8,4 trilliun. Sementara itu, ekspor produk kakao olahan pada 2018 mencapai USD 1,12 miliar atau sebanyak 325.186 ton. Selain itu, industri ini juga mempekerjakan lebih dari 3.000 orang.

IICC & Dinner 2019 merupakan salah satu wadah yang tepat untuk mempromosikan kakao Indonesia ke taraf Internasional sebagai komoditas ekspor berkualitas tinggi. Konferensi ini merupakan wujud promosi yang dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan. Hal ini sebagai upaya mendukung perkembangan perdagangan dan industri kakao dalam negeri.

“Melalui konferensi ini, diharapkan citra produk Indonesia semakin harum di pasar global sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan ekspor produk kakao dan mendorong ekonomi rakyat seiring berkembangnya industri pengolahan hilir kakao di Indonesia,” tutur Mendag optimistis.

Apresiasi yang mendalam juga disampaikan Mendag kepada kepada seluruh panitia pelaksana; para narasumber; dan peserta baik dari instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi dan perusahaan; serta para wirausahawan di sektor pengolahan kakao dan cokelat yang terlibat dalam pelaksanaan IICC & Dinner 2019 yang berlangsung sejak 14/11.

Kemendag juga terus berperan secara aktif melakukan penanganan dan penyelesaian kasus hambatan di pasar global, serta akan menghilangkan regulasi yang menghambat ekspor dan investasi sejalan dengan mandat dan arahan Presiden Jokowi.[] sp