NPL Tetap Membaik dan Inflasi Tetap Rendah

Jakarta, 17 Desember 2021, pelakubisnis.com – Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik. Kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV 2021 diprakirakan membaik didorong oleh surplus neraca barang yang berlanjut. Neraca perdagangan November 2021 mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS, didukung oleh kinerja ekspor komoditas utama, seperti batu bara, besi dan baja, dan kimia organik.

Demikian rilis hasil  Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021  yang disampaikan  Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, pada 16/12.

Sementara itu, terdapat penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net outflows sebesar 2,3 miliar dolar AS pada periode Oktober hingga 14 Desember 2021. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2021 meningkat, yakni 145,9 miliar dolar AS, setara pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Ke depan, transaksi berjalan diprakirakan dalam kisaran surplus 0,3% sampai dengan defisit 0,5% dari PDB pada 2021, dan akan tetap rendah dalam kisaran defisit 1,1% – 1,9% dari PDB pada 2022, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia.

Sementara nilai tukar Rupiah terjaga didukung oleh ketahanan sektor eksternal Indonesia dan langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang meningkat. Nilai tukar Rupiah pada 15 Desember 2021 melemah terbatas 0,07% secara point to point dan 0,70% secara rerata dibandingkan dengan level November 2021.

Perkembangan nilai tukar Rupiah tersebut disebabkan oleh aliran modal keluar dari negara berkembang di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik.

Dengan perkembangan ini, Rupiah sampai dengan 15 Desember 2021 mencatat depresiasi sekitar 1,97% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020, lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India (3,93%, ytd), Filipina (4,51%, ytd), dan Malaysia (4,94%, ytd). Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.

Sedangkan Inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 tercatat inflasi 0,37% (mtm) sehingga inflasi IHK sampai November 2021 mencapai 1,30% (ytd). Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 1,75% (yoy), meningkat dari inflasi Oktober 2021 sebesar 1,66% (yoy). Inflasi inti tetap rendah sebesar 1,44% (yoy) di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, didukung oleh pasokan yang terkendali, nilai tukar yang stabil, dan ekspektasi inflasi yang terjaga.

Inflasi kelompok volatile food melambat didukung pasokan barang yang memadai. Inflasi kelompok administered prices meningkat dipengaruhi kenaikan tarif angkutan udara sejalan mobilitas yang membaik. Inflasi diprakirakan berada di bawah batas bawah kisaran sasarannya 3,0±1% pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022. Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran targetnya.[]sp