Prospek Bisnis Waralaba Bambu Spa

Terinspirasi dari sebatang bambu, Trisya Suherman mengembangkan bisnis waralaba perawatan tubuh dan wajah  bermerek Bambu Spa. Gayung bersambut, tren gaya hidup kalangan menengah telah memuluskan langkahnya menggaet mitra waralaba.

Pernah dengar atau melihat brand Bambu Spa? Dari namanya bayangan kita langsung tertuju pada dua  hal, yaitu batang-batang bambu dan tempat spa. Apa yang Anda bayangkan memang tidak salah! Bambu Spa adalah tempat perawatan untuk relaksasi tubuh dengan terapi  menggunakan medium bambu.  Manfaat bambu sebagai media pemijat dipercaya memberi manfaat untuk mengurangi keletihan, membantu menghancurkan lemak hingga dapat menipiskan selulit. Bambu juga dipercaya sebagai penghantar panas yang baik serta mengandung ion -ion positif yang sangat bermanfaat bagi tubuh.

Trisya Suherman, Direktur Utama PT Louise & Chelsea Indonesia (LNC) selaku owner  Bambu Spa menyampaikan, di kuartal pertama tahun ini boleh jadi bisnis franchise agak stagnan karena sebagian masyarakat menahan diri (wait and see-red) untuk  berinvestasi ke hampir semua sektor.

Kendati demikian, ia yakin bisnisnya masih akan terus bertumbuh di tahun ini, meski prediksi pertumbuhannya masih sangat kecil di kisaran 3 – 5%.  Tapi ia optimis bisnisnya akan bertumbuh. Terbukti,  di bulan Pebruari lalu, Bambu Spa  sudah membuka dua gerai baru di Rest Area Cibubur, Jakarta dan RS Polri Jakarta Timur.

Terinspirasi dari  gambar keramik kamar mandi rumahnya, pada 8 Agustus 2008 Trisya membangun usaha perawatan tubuh dengan nama Bambu Spa. Sesuai dengan namanya, gerai  perawatan tubuh dengan target pasar wanita kelas menengah atas ini memiliki desain interior bermotif bambu yang dikemas dengan dominasi warna-warna natural yang menyejukkan.

Desain interior bernuansa bambu (Foto: Bambu Spa)

Wanita kelahiran 28 April 1980 ini mengklaim,  belum ada  merk  lokal yang memberikan hasil maksimal untuk terapi slimming. “Bahkan, merk asing yang harga terapinya cukup mahal juga hasilnya masih belum maksimal,”,ujar Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Bina Nusa, Jakarta.

Keunggulan kompetitif dari Bambu Spa saat ini menurut Trisya adalah produk treatment slimmingnya yang   memberikan hasil maksimal dari proses pelangsingan tubuh.  Dengan medium bambu, pijatan bisa lebih stabil dan  pressure yang sempurna. Pun sebenarnya,  tidak hanya wanita yang menginginkan tubuh ideal, kaum  pria juga  ingin tubuhnya ideal dan selalu sehat. Target pasar Bambu Spa memang wanita namun  penetrasi pasar meluas ke kalangan pria yang peduli dengan kesehatan tubuhnya.

Pijatan medium bambu lebih stabil dan pressure lebih sempurna (Foto: Bambu Spa)

Lulusan S2 Universitas Esa Unggul ini menjelaskan,  ada tiga metode pemijatan yang banyak digunakan di dunia, yakni pijat bambu, herbal dengan tangan dan stone (batu). Awalnya treatment di Bambu Spa tidak dengan menggunakan medium bambu. Hanya konsep desain interior saja untuk mendukung brand image yang dibangun.  Namun suatu ketika ia berkunjung ke Thailand, tanpa sengaja ia menemukan terapis asal China yang sangat terampil. “Saya kerjasama dengan therapis itu. Tapi pada dasarnya metode terapi pijat bambu sendiri sebenarnya  berasal dari China,” jelas ibu tiga anak ini.

Tanpa sengaja Trisya menemukan teknik pijat bambu yang akhirnya digunakan sebagai konsep terapi massage nya yang in line dengan nama brand. Karena memiliki usaha bermerk  Bambu Spa dengan atmosfir desain interior bernuansa bambu, kemudian menemukan metode pijat dengan medium bambu, akhirnya ia terinspirasi menggunakan bambu sebagai medium pijat. “Sejak ada massage bambu, uniqueness dari tempat kami terletak pada pemiijat bambunya,”ungkap Ketua Promosi Kelembagaan di Lembaga Sertiifikasi dan Kompetensi (LSK) Spa Nasional ini.

Di Bambu Spa, ada satu formula kombinasi pijat bambu dengan formula massage cream khas Bambu Spa yang mampu menghasilkan tubuh lebih langsing dan kulit lebih kencang.”Idealnya lima sampai sepuluh kali treatment sudah kelihatan hasilnya,”ungkap Ketua Umum Yayasan CEO Indonesia ini.

Bambu Spa dilengkapi peralatan slimming yang modern (Foto: Bambu Spa)

Bambu Spa juga menyiapkan konsultan gizi. Untuk paket-paket tertentu tersedia konsultasi gratis.  “Yang jelas kami sarankan kepada para pelanggan untuk menghindari makanan ‘si merah seperti daging sapi dan si putih jahat seperti terigu, ”papar Trisya memberikan tips mengatur pola makan untuk mendapatkan hasil maksimal ketika menjalani program slimming. “Kami mengukur besar otot dan lemak yang ada dalam tubuh. Jika otot lebih besar itu lebih mudah untuk menurunkan berat badan. Olahraga dan pola makan kuncinya,”tambah Penggagas Precious Woman Community ini.

Menyadari bisnisnya berkembang, terbersit keinginan wanita yang akrab disapa Icha ini untuk menjual konsep bisnisnya dengan sistem waralaba (franchise). Persisnya tahun 2012 ia mulai mempelajari bisnis waralaba. Mengikuti  pameran-pameran dan mulai banyak konsultasi dengan pakar franchise. “Dari even pameran kami jadi semakin tahu apa saja kekurangan kami,”aku  Diploma Cidesco Spa ini.

Sangat beralasan menurutnya bila ia kembangkan Bambu Spa dengan sistem kewaralabaan. Pertama, melalui sistem franchise akan semakin memperkuat brand. Kedua, dalam pengembangannya, urusan  operational management di banyak tempat,  ia tak perlu merekrut sumber daya manusia (SDM) yang terlalu banyak, karena  mitra franchise yang akan merekrut karyawan untuk mengelola usahanya.  ,”Kami ingin Bambu Spa ada dimana-dimana. Dengan positioningnya sebagai tempat perawatan  pijat, lulur, dan totok wajah, kami memiliki difrensiasi melalui treatment pijat dengan bambu yang tidak ada di tempat lain,”tutur Trisya.

Trisya Suherman bersama Duta Bambu Spa (Foto: Bambu Spa)

Selain melalui sistem franchise, ia juga menggaungkan Bambu Spa melalui pameran dan sejumlah aktifitas branding. Diantaranya menjadi official partner di ajang kecantikan internasional Miss Grand Indonesia.

Saat ini sudah ada 11 gerai  waralaba Bambu spa dari 19 gerai yang  tersebar di banyak titik di tanah air. Bahkan Bambu Spa sudah dipinang investor asal Philipina yang siap membuka gerai di negaranya.

Ada tiga konsep kemitraan  waralaba yang ditawarkan. Pertama, Bambu Spa Express, Bambu Spa Slimming & Beauty Care dan Bambu Spa Wellness. Untuk format area seperti ruko seluas 4×15 cm tiga lantai  digunakan untuk konsep Slimming & Beauty Care. Sedangkan untuk Bambu Spa Express hadir di public area seperti  rest area dan bandara.  Di Bambu Spa Express tersedia treatment untuk refleksi, massage dan totok wajah. Sementara untuk slimming & beauty care cenderung di wilayah pemukiman. Sedangkan untuk konsep Wellness konsepnya hadir di tempat-tempat seperti resort, hotel dan cottege . “Kami ada di Legian dan Ubud Bali, Makassar, Muara Bungo Jambi,Surabaya, Batam dan Jabodetabek,”.

Diakui Trisya hampir setiap tahun membuka outlet baru. Tahun ini rencananya akan buka 8 gerai waralaba lagi.   Di kuartal pertama tahun ini saja sudah membuka dua gerai. “Di bisnis kesehatan dan kecantikan rasanya kami masih bisa bertahan. Pertama Bambu Spa belum ada kompetitor terdekatnya. Kedua, kami menyasar kelas menengah, kami tidak mahal. Totok wajah saja mulai dari Rp 130 ribu. Kami juga ingin bekerjasama dengan pabrik jamu membuat jamu  dengan menggunakan  merek sendiri,”ungkapnya.

Menyoal kondisi tahun ini, di bulan Januari kuartal pertama memang belum tampak terjadinya peningkatan. Namun ia optimis usahanya mampu bertumbuh hingga 20% di tahun ini. “Kami siap menerima franchisee, memberikan pelatihan gratis. Kami sediakan training center yang dilengkapi sertifikat berskala nasional,”tambahnya.

Saat ini ada promo untuk konsep Bambu Spa Express dan Bambu Spa Wellness, dimana hanya membayar franchise fee sebesar Rp 100 juta dan selanjutnya tak bayar lagi ketika kerjasama diperpanjang.  Sedangkan untuk  jenis konsep Slimming & Beauty Care, total investasinya bisa mencapai  Rp 1,2 milyar, sudah termasuk  franchise fee sebesar Rp 200 juta.

“Sebagai gambaran, untuk  jenis usaha Express yang standar, diperlukan  lahan  sekitar 100 meter2 yang  terdiri dari 8 kamar threatment. Besaran nilai investasinya dilihat dari faktor sewa tempat juga. Setidaknya total dana yang dibutuhkan bisa mencapai Rp 600 juta. Sudah termasuk sewa tempat, renovasi Rp 2 juta per meter persegi, perlengkapan sekitar Rp 100 juta, franchise fee Rp 100 juta, biaya operasional selama 3 bulan dan lain-lain,”papar Trisya.

Ia juga menjalin kemitraan strategis dengan lembaga non bank seperti Radana Finance yang menyediakan solusi pembiayaan yang tepat bagi para franchisee Bambu Spa dalam  mengembangkan usahanya. Untuk mendapatkan pendanaan, calon mitra bisa mengagunkan asset propertinya seperti ruko yang dijadikan tempat membangun usaha waralabanya. “Perkiraan break even point (BEP) sudah bisa diperoleh di tahun ketiga dengan perolehan omset per bulan sekitar 60 – 200 juta,”terang Trisya.[]Siti Ruslina