Gino Mariani, Merek Sepatu Lokal Kualitas Dunia

Dari namanya berbau Italia. Dari desain dan kualitas jahitannya berkelas dunia.  Tapi siapa sangka brand sepatu Gino Mariani asli buatan anak Indonesia?

Pembagian kerja, untuk wilayah produksi ditangani Semasi, sedangkan untuk distribusi dan pemasaran yang mengurus Semasindo (Foto:pelakubisnis.com)

Namanya Gino Mariani. Merek sepatu berbau Italia ini  ternyata asli produk dalam negeri  yang kualitasnya dapat  disejajarkan dengan merek-merek sepatu terkenal dunia seperti Rockports, Clarks, Sperry Top Sider dan lain-lain.

Kehadiran Gino Mariani di tahun 1995 awalnya hanya untuk melengkapi portofolio produk PT Sepatu Mas Idaman (Semasi) sebagai produsen sepatu yang mempunyai jam terbang membuat sepatu merek-merek internasional seperti koleksi Wolverine, Rockport, Lacoste, Hush Puppies, Kickers, Sperry Top Sider, MBT, Sledgers, Johnston and Murphy dan lain-lain.

Perlu diketahui, Semasi adalah keluarga dari Grup Gunung Sewu, pemilik lahan perkebunan nanas asal Lampung itu. Sepak terjang Semasi  sudah diakui para pemilik merek sepatu internasional yang sudah bekerjasama selama puluhan tahun lamanya. Semasi expertise membuat sepatu berkualitas tinggi dengan segmen middle up.

Sejak 1987 hampir seluruh produksi PT Sepatu Mas Idaman (Semasi) diperuntukkan bagi sepatu pesanan merek-merek  dunia. Namun berkat pengalaman yang dimiliki, Semasi pun memberanikan diri membangun merek lokal berkualitas internasional.

Di tahun 1995, Semasi membangun merek dalam negeri dengan nama Gino Mariani. Dalam hal ini kegiatan pemasaran dan distribusi Gino Mariani berada di bawah bendera PT Sepatu Mas Indonesia (Semasindo). Selain pasar nasional yang menjadi prioritas  tapi penetrasi Gino Mariani juga sudah  memasuki pasar luar negeri seperti Vietnam dan Timur Tengah. “Jadi, Semasi  hanya fokus pada kegiatan produksi, dalam hal ini memproduksi sepatu merek terkenal dunia, termasuk Gino Mariani, “ ujar General Manager Sepatu Mas Indonesia (Semasindo), Denny Budianto kepada pelakubisnis.com.

Ide membangun brand Gino Mariani bermula ketika board of director Semasi melihat market Indonesia yang begitu besar. Sementara Semasi memiliki kemampuan membuat sepatu berkualitas dengan memproduksi merek-merek sepatu terkenal dunia. Hal ini yang menjadi alasan Semasi untuk mendevelop merek sendiri. Atas ide tersebut, maka lahirlah brand Gino Mariani yang diproduksi untuk kebutuhan segmen middle up di tanah air.

Tak heran bila harga sepatu Gino Mariani bisa sampai di atas Rp 2 juta karena terbuat dari kulit (leather-red), diantaranya dari kulit rusa. Berangkat dari  pengalaman membuat sepatu-sepatu brand internasional, membuat pihak Semasi percaya diri membangun merek berkualitas dengan benchmark sepatu-sepatu terkenal dunia.   “Kurang lebih empat tahun terakhir brand lokal sudah cukup berhasil menanamkan persepsi yang baik dibenak konsumen tentang produk yang berkualitas. Karena beruntung saat ini di Indonesia sudah mulai banyak start up yang memegang teguh kualitas. Dan, sejalan dengan waktu, konsumen sudah lebih percaya itu!,”terang Denny.

Menurutnya saat itu ia bersyukur, di tahun pertama merek  Gino Mariani diluncurkan sudah mendapat tempat di  gerai-gerai  SOGO Department Store. Kemudian menyusul  beberapa dept store lainnya. “Saat itu belum ada yang tahu kalau Gino Mariani adalah sepatu yang lahir di Indonesia.  Maklum, pemasarannya belum ditangani secara serius seperti sekarang,”tambahnya lagi.

Waktu  itu SOGO dikenal department store yang sangat ketat terhadap pemilihan brand yang berkualitas. “Kami harus presentasikan ke mereka bahwa kami punya produk seperti ini, background-nya, dengan kualitas seperti ini dan dengan harga jual yang waktu itu mengikuti marketnya SOGO. Berangkat dari poin tersebut, akhirnya SOGO terima dan sejalan dengan waktu terbukti, dari sisi sales, dan quality, hingga konsumen percaya,” tandas alumni Universitas Katolik Atmajaya Jakarta ini.

Awal produksi, range  produk Gino Mariani hanya khusus membuat sepatu-sepatu formal. Namun,  di kisaran 2011 perusahaan mulai membenahi  produk lokalnya dengan mengikuti tren teknologi dan desain sepatu yang berkembang saat itu.

Tak pelak, di tahun itu  Gino Mariana mulai membuat tim pemasaran yang solid. Terbukti, dari 2011 sampai 2019 growth meningkat signifikan di kisaran 20% per tahun. Namun dalam dua tahun terakhir diakui Denny, pertumbuhan penjualan   rata-rata berkisar 10-15% per tahun karena banyak faktor yang membuat daya beli menurun. Untuk itu, pada periode ini mulai dilakukan pembenahan secara internal dan mulai melakukan branding. “Branding mulai dikuatkan supaya masyarakat tahu. Padahal sebelumnya, Gino Mariani hanya sekedar dipasarkan tanpa ada upaya branding,” ujanya serius.

Wilayah produksi Semasi (Foto: pelakubisnis.com)

Dan di tahun 2014  mulai dilakukan diversifikasi produk-produk dengan varian sepatu yang lebih ke gaya anak muda, dengan kulit yang lembut. Gino Mariani diubah konsep brand-nya  dengan melakukan revitalisasi dari sisi produk dan desain sesuai dengan selera pasar. “Dulu Gino Mariani dikenal sebagai sepatu bapak-bapak yang mengedepankan kualitas, nyaman dan awet. Karakteristik  Gino Mariani memang sangat lekat dengan unsur-unsur tersebut,” kata Denny.

Menurut Denny, nama Gino Mariani terinspirasi dari desain-desain sepatu asal Italia. Dimana pada awalnya merek ini lebih dikenal sebagai sepatu formal merek internasional. Sejalan dengan waktu, sejak 2012, merek ini mulai membidik pasar  segmen anak-anak muda. “Kalau dulu kami menyasar segmen pasar 45 tahun ke atas, tapi sekarang mulai masuk di segmen 25 tahun,” urai Denny seraya menambahkan bahwa sepatu Gino Mariani dulu memiliki ciri khas berbentuk kotak dengan warna dasar  hitam dan coklat. Tapi sekarang,  sepatu jaman now sudah lebih casual seperti sneakers,”ungkapnya.

Belakangan ini Gino Mariani tampil dengan warna-warni yang lebih atraktif mengikuti perkembangan jaman dan mulai melakukan campaign product. “Dengan 10 ribu langkah per hari, terasa tidak capek. Kenapa? Ada sentuhan teknologi yang membuat pemakai nyaman. Teknologi nyaman ini yang gencar dikampanyekan dalam lima tahun terakhir ini,” jelas mantan Manager Transmarco yang mengusung tagline “Feel The Comfort” untuk brand Gino Mariani.

Denny menambahkan, Gino Mariani lahir karena ada ceruk pasar di dalam negeri yang cukup besar. Meskipun di era tahuan 90-an konsumen Indonesia masih brand international minded. Brand-brand lokal kala itu  masih dilirik  sebelah mata.

Namun demikian stakeholder pada saat itu melihat tren pasar 10 sampai 15 tahun ke depan. “Stakeholder, dalam hal ini Gunung Sewu Group, mempunyai keyakinan bahwa meningkatnya segmen menengah atas memungkinkan brand Gino Mariani ini bisa di kembangkan. Dan sekarang terbukti,” ungkap Denny, seraya menambahkan, pemikirannya cukup simpel, bahwa Semasi memproduksi sepatu-sepatu brand terkenal di dunia, kenapa tidak develop brand sendiri dengan kualitas yang sama?

Memang,  dari rata-rata volume produksi Semasi dalam setahun berkisar dua jutaan pasang sepatu, Gino Mariani baru memberikan kontribusi sekitar 5-10%. Untuk memproduksi sepatu sebanyak itu, Semasi dilengkapi dengan lima  line production dan satu line production kecil serta ditambah dengan development workshop yang memproduksi sepatu untuk sampel. Di dalamnya sudah termasuk fasilitas cutting dan stitching serta assembly.

Untuk memproduksi sepatu sebanyak  dua juta pasang, line production umumnya berproduksi dalam satu shift. Hanya dua line production yang menerapkan sistem kerja dua shift. “Terutama untuk pekerjaan  critical yang harus dikerjakan secara hati-hati untuk menjaga kualitas. Tapi saat ini kami  lebih benyak bekerja satu shift,” kata General Manager Sepatu Mas Idaman, Yuliasari.

Bila Anda ke Amerika Serikat, membeli sepatu merek Rockport, maka di sepatu tersebut ada yang tertera made in Indonesia. “Sepatu-sepatu merek terkenal banyak yang diproduksi di Indonesia,” jelas Yuliasari.

Menurut Yuliasari, Semasi dilengkapi dengan sejumlah laboratorium yang bersertifikasi standar internasional yang memang diperuntukkan untuk kebutuhan sepatu tujuan ekspor. Di mana laboratorium yang ada itu setiap tahunnya diaudit. “Lab yang yang kami gunakan bersertifikasi Satra dari UK, London,” tambah Juliasari.

Ia menambahkan, sertifikasi lab dan instrument  penunjang lainnya  sudah setara dengan ISO 9001 dan  ISO 14000. Di luar sertifikat tersebut, Semasi juga dilengkapi dengan certificate requirements yang harus dimiliki untuk memproduksi sepatu-sepatu dari pesanan dari banyak negara.

Sedikitnya ada enam test quality, diantaranya uji abrasi, kelenturan dan sebagainya. Pasalnya, quality control di pabrik cukup ketat. Apalagi  memang sejak awal perusahaan ini di-set up  untuk memproduksi sepatu berkualitas tinggi. Bahkan, pabrik ini tak dapat memproduksi sepatu berkualitas rendah.  “Seluruh material di-test! Seperti test kelenturan, test warna, apakah warna yang digunakan luntur atau tidak,” lanjut Yuliasari.

Di samping itu, biasanya, pihak pemesan menempatkan orangnya  di pabrik untuk mengontrol kualitas yang diproduksi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Setiap dua bulan pihak Semasi bertemu dengan auditor untuk memastikan standar kualitas produk. “  Pengaturan para pekerja mengikuti regulasi mereka.  Kadang regulasi mereka lebih tinggi dibandingkan regulasi pemerintah,” tambahnya tentang perusahaan sepatu peraih penghargaan sertifikat implementasi 4.0 dari Kementerian Perindustrian ini.

Boleh jadi Gino Mariani lahir karena terlebih dahulu telah memiliki pabrik sepatu berkualitas tinggi, sehingga mengapa tidak membuat brand sepatu sendiri dengan tetap mengacu standar kualitas yang tinggi yang diproduksi oleh brand-brand sepatu internasional. Itu sebabnya, Gino Mariana pun mengacu standar kualitas yang tinggi sesuai dengan sepatu-sepatu terkenal dunia.

“Kami akan selalu membuat beda dari yang lain. Model sepatu boots kami misalnya. Ada sepatu boots GinoMariani seri Elario yang sudah sampai generasi ke-12. Ada special treatment untuk contoh sepatu  tahan air yang akan muncul dalam kampanye kami nanti untuk mengedukasi konsumen,”papar Denny yang meyakini ada garansi dari pihaknya dalam hal uji kualitas produk-produk Gino Mariani.”Sudah jauh-jauh hari kami lakukan test, dan kalaupun ada complain dari konsumen, kami bisa diakses karena punya pabrik disini,”tambahnya.

Di awal peluncurannya,  Gino Mariani dilempar ke pasar dengan harga berkisar Rp 700.000 – Rp 900.00 per piece. Kini harga sepatu Gino Mariani berkisar di atas angka Rp 2.000.000,- per piece.

Denny melanjutkan, pihaknya memiliki  masalah dalam hal membeli  bahan baku yang lebih dari 90% masih impor. Memang sangat disayangkan kenapa tidak menggunakan row material local. Walaupun sempat beberapa kali dicoba menggunakan bahan baku lokal. Ternyata hasil dengan menggunakan bahan baku lokal tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

“Ternyata kulit asal Indonesia belum mampu memenuhi standar kualitas yang diinginkan brand. Pasalnya, quality control di pabrik cukup ketat. Apalagi Semasi memang sejak awal di set up  untuk memproduksi sepatu berkualitas tinggi. Bahkan, pabrik ini tak dapat memproduksi sepatu kualitas rendah.  Kontribusi lokal lebih banyak supporting dan packaging saja,”tuturnya.

Tren model sepatu terus berkembang.   “Dengan melangkah 10.000 langkah per hari, terasa tidak capek. Kenapa? Ada sentuhan teknologi yang membuat pemakai nyaman. Teknologi nyaman ini yang gencar dikampanyekan dalam lima tahun terakhir ini,” jelas Denny yang mulai fokus membangun campaign untuk brand sepatu yang diusungnya sebagai ‘brand fashion’.

Sejauh ini Gino Mariani sudah tersebar di banyak modern outlet di Indonesia seperti Seibu, Metro, Sogo dan 12 gerai milik sendiri (own store-red). Sementara penetrasi pasar ekspor sudah menembus pasar Vietnam dan Dubai. “Anda bisa menemukan sepatu Gino Mariani bila berkunjung ke Ho Chi Menh, Vietnam. Kebetulan ada beberapa buyer beli putus seperti dari Vietnam dan Dubai,” papar Denny serius.

Sayangnya, menurut Denny belum ada data berapa besar market share produk sepatu yang tepat hingga saat ini. Namun demikian, ia mencatat data Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO-red) bahwa Gino Mariani sudah masuk sampai top one, top three dan top five di department store-department store di tanah air sejajar dengan merek-merek internasional.[]Siti Ruslina & Yuniman Taqwa