Prediksi Harga Minyak Tahun 2021

Harga minyak dunia bergerak positif. Fenomena itu menderek harga Indonesia Crude Price (ICP). Pelbagai kalangan memprediksi mampu menembus angka USD 60 per barel sampai pertengahan 2021. Namun, hasil jajak pendapat yang digelar Reuters hanya akan menyentuh USD 50,67 per barel pada 2021.

Desember lalu Harga Minyak Mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) ditetapkan sebesar USD 47,78 per barel atau naik sebesar USD 7,11 per barel dari USD 40,67 per barel pada November 2020. Kenaikan ini tak lepas dari proyeksi geliat ekonomi global setelah disetujuinya vaksinasi massal Covid-19 di kawasan Eropa dan Amerika.

“Persetujuan proses vaksinasi menumbuhkan optimisme pasar dan turut memicu permintaan minyak dunia,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESD Agung Pribadi di Jakarta pada 8/1.

Di samping upaya vaksinasi, sambung Agung, terdapat kesepakatan antara negara-negara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan aliansinya untuk melanjutkan pemotongan produksi sebesar 7,2 juta barel per hari mulai Januari 2021.

OPEC melakukan pemotongan produksi/foto: ist

Pada Desember 2020, OPEC sendiri melaporkan adanya peningkatan permintaan pasokan OPEC untuk tahun 2020 sebesar 0,1 juta barel per hari dibandingkan proyeksi sebelumnya menjadi 22,2 juta barel per hari. Di sisi lain, terjadi penurunan pasokan minyak dari negara-negara non OPEC untuk tahun 2020 sebesar 0,08 juta barel per hari lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, utamanya dari Brazil, USA, UK dan Norwegia.

“OPEC memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,1% dibanding proyeksi bulan sebelumnya, didukung dari Jepang, Brazil, Rusia dan beberapa negara OECD lainnya,” ungkap Agung.

Perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Desember 2020 dibandingkan November 2020 sebagai berikut:

  • Dated Brent naik sebesar USD7,20 per barel dari USD42,66 per barel menjadi USD49,86 per barel.
  • WTI (Nymex) naik sebesar USD5,72 per barel dari USD41,35 per barel menjadi USD47,07 per barel.
  • Basket OPEC naik sebesar USD5,98 per barel dari USD42,61 per barel menjadi USD48,59 per barel.
  • Brent (ICE) naik sebesar USD6,24 per barel dari USD43,98 per barel menjadi USD50,22 per barel

Sentimen kenaikan ICP adalah optimisme pasar terhadap kesepakatan perdagangan antara Uni Eropa dengan Inggris pasca Brexit serta memanasnya kondisi geopolitik di beberapa negara produsen minyak mentah, seperti peledakan 2 sumur minyak di Kirkuk- Irak dan pelaksanaan kembali pembangunan pipa gas nord stream 2 dari Rusia ke Jerman terhadap penerapan sanksi dari Amerika Serikat.

Khusus di kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh permintaan minyak mentah yang kuat di India sebesar 4,34 juta barel per hari di kuartal 4 tahun 2020 dengan rata-rata tahun 2020 sebesar 4,14 juta barel per hari, China sebesar 13,98 juta barel per hari di kuartal 4 tahun 2020 dengan rata-rata tahun 2020 sebesar 12,81 juta barel per hari dan negara-negara kawasan Asia Pasifik lainnya.

Berdasarkan kajian Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang kuat di China sebesar 2% untuk tahun 2020 dan sebesar 6,9% untuk tahun 2021 dan Jepang meningkat sebesar 0,5% lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu -5,2% di tahun 2020 dan 2,8% di tahun 2021.

Sementara harga minyak menguat pada Senin (4/1) siang karena ekspektasi bahwa OPEC plus akan mempertahankan level produksi. Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret 2021 berada di US$ 52,42 per barel, naik 1,2%, pada Senin siang. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Februari naik 1,1% menjadi USD 49,07 per barel, sebagaimana dikutip dari kontan.co.id, pada 4/1.

Analis Virendra Chauhan, analis Energy Aspects mengatakan, tren momentum makro yang lebih luas termasuk pelemahan dolar dan posisi investor untuk pemulihan di sektor minyak tahun ini dapat mendukung harga minyak. “Mungkin ada beberapa sentimen positif dari OPEC plus yang berusaha untuk membatasi pasokan sehubungan dengan virus yang berkembang pesat di barat,” kata dia kepada Reuters.

Informasi Energi AS (US Energy Information Administration/ EIA) memperkirakan bahwa harga Brent akan rata-rata USD 49 per barel pada 2021, naik dari rata-rata yang diharapkan sebesar USD 43 per barel pada kuartal keempat tahun 2020.

Perkiraan harga minyak mentah yang lebih tinggi tahun 2021 mencerminkan ekspektasi EIA bahwa persediaan akan tetap tinggi, mereka akan menurun dengan meningkatnya permintaan minyak dunia dan produksi minyak OPEC plus yang terkendali.

Dalam proyeksi energi jangka pendek (short term energy outlook/STEO) Desember 2020, EIA memperkirakan produksi minyak OPEC akan mencapai rata-rata 27,5 juta barel per hari (bph), naik dari perkiraan 25,6 juta bph pada 2020.

Menurut EIA, pada pertemuan 3 Desember, OPEC dan peserta OPEC plus memutuskan untuk membatasi peningkatan produksi minyak yang direncanakan pada Januari 2021. OPEC plus mengumumkan akan meningkatkan target produksinya sebesar 0,5 juta bph pada Januari 2021. Grup tersebut pada awalnya berencana untuk meningkatkan target sebesar 2,0 juta bph.  Grup tersebut juga akan menilai keadaan pasar minyak global dan permintaan minyak bumi setiap bulan, menyesuaikan target berdasarkan kondisi pasar.

“EIA memperkirakan harga Brent akan rata-rata US$47 per barel pada kuartal pertama 2021 dan naik ke rata-rata US$50 per barel pada kuartal keempat,” tulis EIA. Rata-rata kuartal pertama 2021.

Perkiraan harga kuartal pertama yang lebih tinggi mencerminkan perkiraan persediaan minyak global yang lebih curam sebagai akibat dari keputusan OPEC plus pada 3 Desember untuk membatasi peningkatan produksi yang direncanakan sebelumnya pada Januari 2021, sebagaimana dikutip dari bisnis.com, pada 9/12 lalu.

EIA memperkirakan tingkat persediaan minyak global yang tinggi dan kelebihan kapasitas produksi minyak mentah akan membatasi tekanan ke atas pada harga minyak sepanjang tahun 2021.

Harga minyak masih ada resiko penurunan pada 2021/foto: ist

Sementara Mohammad Barkindo, Sekretaris Jenderal OPEC awal Januari lalu mengatakan,  permintaan minyak mentah diperkirakan akan naik 5,9 juta barel per hari (bph) menjadi 95,9 juta barel per hari tahun ini. Tapi, masih ada risiko penurunan permintaan pada paruh pertama 2021. “Kita baru mulai bangkit dari satu tahun pemotongan investasi besar-besaran, kehilangan pekerjaan yang sangat besar dan kehancuran permintaan minyak mentah terburuk yang pernah tercatat,” kata dia.

OPEC memprediksi prospek minyak pada 2021 masih mengalami penurunan. Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengungkapkan di tengah harapan pemulihan, masih ada risiko penurunan harga minyak yang harus dihadapi.

Sementara keputusan Arab Saudi yang secara sukarela memangkas produksi minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari untuk bulan Februari dan Maret membuat UBS mengerek proyeksi harga minyak Brent untuk tahun ini.  Mengutip Reuters, UBS menaikkan perkiraannya untuk harga minyak Brent menjadi USD 60 per barel hingga pertengahan tahun 2021.

Sebelumnya hingga pukul 15.00 WIB (7/1), harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2021 diperdagangkan sekitar di kisaran USD 54,59 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2021 naik menjadi USD 51,02 per barel.

Di sisi lain, harga minyak tampaknya tidak akan mengalami banyak pemulihan pada 2021 karena munculnya varian baru virus corona dan adanya pembatasan perjalanan. Kondisi itu akan semakin mengancam permintaan bahan bakar yang sudah melemah sejak pandemi virus corona dimulai, sebagaimana dikutip dari kompas.com, 11/1.

Hal itu berdasarkan jajak pendapat yang digelar oleh Reuters terhadap 39 ekonom dan analis yang dilakukan pada paruh kedua Desember 2020. Para analis dan ekonom tersebut memperkirakan harga minyak mentah berjangka acuan Brent rata-rata akan menyentuh USD 50,67 per barel pada 2021.[] Yuniman Taqwa