Kemendag Tetapkan Strategi Peningkatan Ekspor

Jakarta, 4 Maret 2021 – Kementerian Perdagangan berkomitmen  terus mendorong ekspor melalui lima strategi yang telah ditetapkan. Ekspor merupakan salah satu komponen Produk Domestik Bruto (PDB) yang dapat mendorong pemulihan perekonomian nasional.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan saat memberikan arahan kepada para perwakilan perdagangan luar negeri dengan tema “Strategi Penguatan Ekspor” pada Pra-Rapat Kerja Kementerian Perdagangan yang digelar secara hybrid pada 3/3.

Sementara, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan, strategi peningkatan ekspor hendaknya dilakukan secara konsisten dari tahun ke tahun. Perubahan perlu dilakukan jika terjadi perubahan pada lingkungannya.

“Kelima strategi tersebut, yaitu memelihara pasar ekspor dan produk utama; fokus pada usaha kecil, dan menengah (UKM) berorientasi ekspor; melakukan penetrasi pasar nontradisional; memanfaatkan perjanjian dagang; serta reformasi regulasi, khususnya turunan dari Undang-undang Cipta Kerja,” jelas Kasan.

Menurut Kasan, produk utama dan pasar utama ekspor Indonesia harus terus dijaga karena memiliki kontribusi yang cukup besar. “Dari 10 negara utama tujuan ekspor memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total ekspor Indonesia. Sementara, dari 10 produk ekspor utama Indonesia memberikan kontribusi sebesar 60 persen dari total produk ekspor Indonesia,” terangnya.

Dikatakan Kasan, untuk penetrasi pasar nontradisional, peran emerging market akan semakin besar di masa yang akan datang. Negara-negara emerging market akan berkontribusi sekitar 71 persen dari ekonomi dunia dan 51 persennya berada di kawasan Asia. “Selain Asia, Afrika menjadi salah satu penyumbang komoditas primer yang harganya akan tinggi. Artinya, akan ada persaingan untuk mendapatkan komoditas primer di kawasan Asia dan Afrika sebagai bahan baku untuk diproduksi menjadi barang jadi oleh negara-negara emerging market,” ungkapnya.

Kasan melanjutkan, penetrasi pasar melalui kota-kota besar di pasar ekspor nontradisional juga menjadi perhatian. Ke depan, kota-kota di kawasan negara emerging market berpotensi besar untuk terus tumbuh perekonomiannya. “Oleh karena itu, dengan memanfaatkan perjanjian dagang yang sudah dimiliki Indonesia, kota-kota besar di kawasan Asia dan Afrika akan menjadi kontribusi besar masuknya produk-produk dari negara lain, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Untuk UKM berorientasi ekspor, lanjut Kasan, Kemendag memiliki program 1500 UKM ekspor. Pada 2020, berdasarkan data Kemendag, UKM ekspor Indonesia mencapai 83 persen atau sekitar 12 ribu dari eksportir nasional. Namun, kontribusi hanya 4 persen dari total ekspor nasional. UKM tersebut sebagian besar berada di pulau jawa.

“Dalam program mencetak 1500 UKM ekspor, yang menjadi target di antaranya UKM yang telah mempunyai produk namun belum melakukan ekspor, UKM pemula dengan mendorong minat terutama anak muda, serta UKM yang sedang mengembangkan produk maupun pasar ekspor,” jelas Kasan.

Kasan memberikan arahan agar dapat beradaptasi dengan situasi dan kebijakan perdagangan dengan negara akreditasi agar dapat diantisipasi. “Diharapkan perwakilan perdagangan tetap melaksanakan tugasnya di luar negeri, namun tetap harus menyesuaikan dengan negara akreditasi masing-masing,” pungkasnya.

Dalam kegiatan ini, disampaikan juga strategi konkret dari perwakilan luar negeri mewakili lima wilayah di dunia yaitu, Amerika, Eropa, Asia, Afrika Selatan, serta Australia dan Oceania. Dari Amerika diwakili Atase Perdagangan Washington D.C., Wijayanto; Asia diwakili Atase Perdagangan Beijing, Marina Novira Anggraini; Eropa diwakili Atase Perdagangan Paris, Megawati; Afrika diwakili Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Johannesburg, Anggun Paramita Mahdi; serta Australia dan Oceania diwakili ITPC Sydney, Ayu Siti Maryam.[]sp