4 Tahun pelakubisnis.com : Satu Barisan Indonesia Maju

Oleh Yuniman Taqwa Nurdin

Tak terasa pelakubisnis.com kini berusia  4 tahun. Dalam perjalanannya, majalah bisnis online dengan tetap menyajikan berita update tiap hari, kini  semakin diminati pembaca. Artikel-artikel yang disajikan dalam kanal-kanal di pelakubisnis.com, ternyata tak lekang ditelan waktu.  Artikel yang ditayangkan pada awal-awal berdiri pelakubisnis.com, sampai sekarang masih tetap ada pembacanya.

Fenomena ini sudah diperkirakan para pendiri pelakubisnis.com – bahwa artikel-artikel yang disajikan tak pudar dalam konteks aktualitas dalam penyampaian informasi. Banyak pembelajaran dengan membaca artikel-artikel di pelakubisnis.com, sehingga artikel beberapa tahun yang lalu sampai ini masih tetap dibaca masyarakat.

Beda halnya bila dibandingkan portal-portal berita yang aktualitas beritanya sangat terkait erat dengan isu-isu yang sedang berkembang. Bila isu tersebut redam, maka boleh jadi berita tersebut tak lagi dibaca oleh masyarakat. Pasalnya, konsep-konsep portal berita umumnya sangat terkait erat dengan aktualitas. Padahal nilai aktualitas usianya hanya “seumur jagung”, hari ini disajikan, bukan tidak mungkin besok sudah muncul lagi isu baru, sehingga pemberitaan yang sebelumnya tersapu dengan pemberitaan yang baru.

Kini masyarakat dihadapi masalah baru. Banjirnya arus informasi menyebabkan masyarakat sulit memilahnya. Arus informasi bagaikan air bah – yang membawa sampah – sampai ke hilir (masyarakat). Begitu banyak website, media sosial dan apa pun namanya menjejalkan informasi ke masyarakat. Mampukah masyarakat memanfaatkan informasi tersebut menjadi nilai tambahnya dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya?

Bukan tidak mungkin masyarakat menjadi gamang. Mudah terombang-ambing dalam derasnya arus informasi. Boleh jadi banjirnya informasi tersebut dapat merubah budaya dengan sangat cepat. Hedonisme, misalnya, atau pragmatisme serta “batas-batas yang sangat sempit” dalam menafsirkan sebuah informasi.

Itulah fakta bahwa, belum siapnya masyarakat kita menghadapi era informasi. Asumsi ini berangkat dari rendahnya minat baca masyarakat kita. Negeri ini belum terbentuk budaya membaca, tapi tiba-tiba suatu “gelombang budaya besar” – banjir informasi – menghantam masyarakat. Masyarakat kurang siap menghadapi banjir informasi. Informasi sampah pun ditelan bulat-bulat.

Mengutip pendapat dari Jakob Oetama, pendiri Harian KOMPAS, orang membaca berita di suratkabar bukan hanya ingin mengetahui kejadian, tetapi perkembangan kejadian. Dengan mengetahui perkembangan, seseorang tidak hanya mempunyai pengetahuan tentang situasi, di mana ia juga perlu menyesuaikan dengan situasi atau malahan mencoba menguasai situasi itu untuk kepentingannya (lihat Buku Jakob Oetama, Perspektif Pers di Indonesia).

Sementara para pelaku usaha perlu banyak belajar dari kisah-kisah sukses di masa silam. Karena konsep media cetak telah terdisrupsi dengan media digital, maka pelakubisnis.com , bukan merupakan euphoria bak jamur di musim penghujan, dengan bermunculan  portal-portal berita. Tapi, kami tetap konsisten  dengan gaya penyajian  majalah dengan wawancara yang mendalam dan dilengkapi data sekunder, maka tersajikan artikel-artikel yang bernas, tapi tetap mendalam, sehingga, mampu menguasai ruang dan waktu.

Itulah diferensiasi pelakubisnis.com. Informasi atau artikel yang disajikan dengan pendekatan menguasai ruang dan waktu. Artikel-artikel yang terjadi di pelakubisnis.com akan terus dibaca tentu dengan proximity (nilai kedekatan) suatu artikel dengan profesi para pelaku usaha atau professional. Meskipun pelakubisnis.com bersifat segmented – para pelaku usaha atau professional —  perlu diintip bagi mereka yang tertarik untuk menggeluti dunia usaha.

Apalagi rasio pelaku usaha dengan jumlah penduduk persentase masih sangat kecil. Fenomena itu mendorong pelakubisnis.com mencoba memberi stimulus kepada masyarakat agar tertarik menjadi entrepreneurs. Harapan kami – pelakubisnis.com — dapat menjadi  “kawah candradimuka” bagi masyarakat pembaca yang tertarik menjadi pengusaha.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, rasio kewirausahaan Indonesia berada di level 3,74 persen. Sedangkan Malaysia, Singapura dan Thailand berada di atas angka 4 persen. “Rasio kewirausahaan di Indonesia masih rendah 3,74 persen. Ini di bawah negara ASEAN. Thailand jumlah wirausahanya sudah 4,2 persen, Malaysia 4,7 persen, Singapura 8,7 persen,” katanya dalam diskusi daring, Jakarta, Rabu (28/7/2021), sebagaimana dikutip dari liputan6.com.

Sementara ada hadits yang menyatakan bahwa 9 dari  10 pintu rejeki ada di profesi perniagaan. Merenung menatap  ke depan – berdasarkan  hadits tersebut – menjadi pengusaha jauh lebih bernilai “di mata Allah SWT” di bandingkan sebagai pekerja.

Bayangkan seorang pengusaha mempunyai efek mata rantai yang panjang. Pengusaha mempunyai karyawan yang harus digaji, sementara karyawan punya anak istri yang harus dinafkahi. Tidak hanya itu, si anak harus disekolahkan supaya mendapat bekal ilmu untuk masa mendatang. Proses panjang ini bila berjalan istiqomah di jalan Allah  SWT, maka bisa dibayangkan betapa tinggi derajat kemuliaan pengusaha di mata Allah SWT.

Mungkin itu yang kita lupa bahwa menjadi pengusaha  dengan niat yang ikhlas dan Ridho-Nya, niscaya kita mempunyai nilai tersendiri di mata Tuhan.

Nah, pelakubisnis.com mencoba berdiri sebagai “jembatan” para pelaku usaha agar bisa sharing ilmunya kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar UMKM kita bisa naik kelas. Bayangkan bila UMKM kita bisa naik kelas, maka kontribusi terhadap Product Domestic Bruto (PDB) akan meningkat. Bila mata rantai ini berjalan dan tidak terputus, maka harapan kita menjadi 3 besar PDB dunia pada tahun 2045 bukan mimpi di siang bolong.

Itu sebabnya jumlah UMKM cukup signifikan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah UMKM mencapai 64 juta. Angka tersebut mencapai 99,9% dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia.

Meski keberadaan UMKM mendominasi dari keseluruhan pelaku usaha di Indonesia, tapi kontribusinya terhadap PDB mencapai 61%. Bandingkan dengan pengusaha besar yang jumlahnya hanya 0,1 %, mampu memberi sumbangan 39% PDB nasional satu tahun terakhir ini, lihat opini saya bertajuk Menatap Asa Bersama ke Depan, di pelakubisnis.com, Maret 2021.

Sekali lagi pelakubisnis.com mencoba menyampaikan informasi yang menguasai ruang dan waktu. Hal ini bertujuan agar para pelaku usaha — dari seluruh lapisan – mulai dari UMKM sampai  perusahaan skala besar dapat sharing informasi demi kemajuan kita bersama.

Sementara ada tuntutan dari para pembaca pelakubisnis.com agar dapat menerbitkan buku berseri dalam bentuk kapita selecta tentang suatu topik yang merupakan akumulasi komprehensif tentang bisnis dan sebagainya. Diharapkan buku-buku yang diterbitkan pelakubisnis.com  dapat menginspirasi masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat demi menyongsong masa depan kita bersama yang lebih baik dibandingkan hari ini.

Oleh karena itu, niat baik ini perlu didukung semua pihak, sehingga simbiosis mutualistis diantara kita dapat terbangun, sehingga menjadi kekuatan dalam wadah besar Indonesia. Partisipasi semua pihak, pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat pembaca terhadap niat baik pelakubisnis.com, kiranya perlu disambut positif.

Tanpa ada dukungan semua pihak stakeholder terhadap pelakubisnis.com, maka harapan itu bagaikan “katak dalam tempurung”. Kita perlu bahu membahu dalam membangun  negeri ini agar semua anak bangsa dapat maju dan bangkit bersama dalam satu kalimat: Indonesia Maju Bersama! Tak ada yang termarjinalkan hanya semata-mata berdasarkan perspektif egoisme sempit. Kita tetap dalam satu barisan Indonesia Maju. Semoga!

*Penulis pimpinan redaksi pelakubisnis.com