Sukses Sunindo Adiperkasa Tbk di Pasar Ekspor Boneka Stuffed Toys

PT Sunindo Adiperkasa Tbk  bukan pemain baru di industri boneka plush toys. Perusahaan ini sudah ada sejak 1991. Bahkan sejak awal berdiri, produk-produk Sunindo memang diperuntukkan bagi pasar ekspor. Bagaimana kinerja ekspor perusahaan lokal ini?

Erwin Sutanto, Marketing International Officer  PT Sunindo Adiperkasa Tbk/Foto: pelakubisnis.com

Hari itu booth  PT Sunindo Adiperkasa Tbk  (Sunindo-red)  terlihat ramai   di acara  Trade Expo Indonesia  2023 (TEI 2023-red).  Beragam boneka  plush toys banyak dilirik  kaum ibu, anak-anak  kecil juga anak gadis usia remaja , baik yang dipajang di etalase maupun boneka  yang dijual dalam bak besar yang merupakan boneka kelebihan produksi.  Plush toys atau stuffed toys atau dikenal dengan boneka yang dijahit dari bahan kain tekstil yang diisi dengan bahan-bahan yang lembut ini cukup menarik perhatian.   

Erwin Sutanto, Marketing International Officer  PT Sunindo Adiperkasa Tbk  mengatakan, di hari kelima TEI 2023, Sunindo  berhasil menggaet pelanggan  langsung dengan system pre order (PO). Tidak melalui proses business matching tetapi langsung PO di booth nya.  “Sebenarnya  target kami tidak berjualan di sini, melainkan menggaet pasar ekspor terutama  negara middle east,”ujarnya seraya menjabarkan di  hari terakhir TEI 2023 booth nya berhasil menggaet pelanggan baru dari Libia, Qatar, dan Sudan dengan total nilai ekspor sebesar  USD 100 ribu atau setara dengan  Rp1,45 miliar.  

“Meski offline nya sudah close tapi TEI online nya masih terus berjalan sampai  bulan Desember besok. Memang sih kami berharap, dengan adanya Trade Expo akan membuka peluang bisnis kami di middle east. Karena  kami memang sedang cari pasar di Middle East  dan Afrika,”tutur alumni  Universitas Mercu Buana ini.

Selain TEI 2023, Sunindo juga dalam waktu dekat diundang Kementerian Perdagangan untuk ikut  business matching dan pameran  ke beberapa negara  seperti  ke Afrika.   

Sunindo  memang bukan pemain baru di industri boneka plush toys baru. Sudah ada sejak 1991 dan perusahaan ini sudah go public sejak tahun 2020. Bahkan sejak awal berdiri, produk-produk Sunindo memang diperuntukkan bagi pasar ekspor.  “Sekitar  80% produksi kami untuk pasar ekspor, sisanya pasar local yang  didistribusikan ke hypermarket, Toys Kingdom,  Metro Dept Store dan lain-lain. Kami juga masuk ke segmen business to business (B2B),”kata Erwin seraya mengungkapkan kalau Sunindo sejak awal berdiri sudah membidik pasar ekspor.

Diakuinya,  Sunindo selalu mengikuti perkembangan zaman.  Kendati demikian kenapa perusahaan  milik Iwan Tirtha ini lebih besar produksi untuk pasar ekspor, hal tersebut  karena kecilnya peminat boneka di tanah air. Sedangkan untuk Negara Eropa  membeli boneka itu sudah seperti membeli pakaian, menjadi sebuah kebutuhan. Karena mereka banyak momen seperti natal dan hari Hallowen. Sedangkan di Indonesia  produk boneka masih dalam kategori produk sekunder.

Bila ditanya sudah seberapa luas pasar ekspor dan negara mana saja yang berminat membeli produknya, Erwin menyebut, boleh jadi hampir semua negara kecuali  Negara Timur Tengah (Middle East) saat ini baru masuk ke negara seperti  Kuwait, Saudi Arabia, dan Dubai.  Sedangkan negara Eropa dan Amerika, Sunindo  sudah lebih dulu masuk.  “Sejak pandemic   memang yang agak drop pasar USA dan Australia. Tahun 2021 Australia masih bagus tapi kemudian menurun,”tukasnya .

Selama pandemic berlangsung diakui Erwin, perusahaan tidak ada pengurangan karyawan melainkan hanya mengurangi  masa jam kerja.  Saat itu volume penjualan  turun tidak terlalu signifikan yakni sebesar 25%.  “Padahal  awal tahun 2020 saya sedang ada meeting di Jerman. Penjualan waktu itu masih bagus namun di bulan Mei 2020 mulai agak turun,”kenang Erwin.

Setidaknya 300 ribu pieces terjual  rata-rata  per bulan sebelum datangnya covid. Jumlah tersebut ekuivalen dengan nilai penjualan sekitar USD 1,5 juta per bulan atau sekitar USD 18 juta per tahun. Sekarang sudah recovery lagi dan stabil di pertengahan 2022 lalu. 

Hampir tiap tahun biasanya Sunindo ikut pameran. Namun sempat vakum di masa pandemic, kurang lebih 3 tahun lalu (2020-2022). “Tahun lalu hanya ikut yang online saja,”tuturnya.

Dalam hal bahan material untuk boneka jenis  stuffed toys saat ini menurut Erwin hampir 100 persen menggunakan bahan baku lokal karena semakin ke sini harga material impor semakin naik dan kebetulan Sunindo bisa dapat bahan baku local. “Supplier kami sudah berinovasi  lebih maju. Jadi kalau ada di lokal kenapa ambil keluar? Memang ada beberapa item yang 20 persennya masih menggunakan bahan polyster impor dari negara seperti China,”terang Erwin. 

Sunindo  yang  kerap mengedukasi anak-anak sekolah dalam bentuk kegiatan kunjungan ke pabrik ini membagi 2 kategori produknya yakni  produk realistic yang seperti aslinya misal, jenis binatang seperti orangutan, beruang, anjing dan macam-macam  yang lebih disukai pasar ekspor.  Untuk jenis boneka realistic ini Sunindo sudah memiliki brand Ozco yang dibuat tahun 2014 lalu yang juga sudah diterima pasar ekspor.

“Seperti Eropa lebih menyukai yang karakteristiknya lebih soft  dan natural. Tapi kalau USA  lebih  banyak ambil dari China, biasanya karakteristik bonekanya lebih ke local market. Warnanya lebih nabrak-nabrak,”jelas Erwin seraya menambahkan, Sunindo  sebelum pandemic  rajin ikut pameran seperti di New York. Bahkan hampir setiap tahun, persisnya selama 27 tahun ikut pameran  di Jerman seperti  Pameran Mainan Internasional  Spielwarenmesse, Nuremberg, Jerman dan pameran boneka lainnya di mancanegara.[]Siti Ruslina/Foto: pelakubisnis.com