Inovasi Pertamina Berhasil Produksi Bioavtur J2.4

Pertamina berhasil memproduksi ‘Bioavtur J2.4’ sebagai bahan bakar transportasi udara ramah lingkungan. Keberhasilan ini menunjukkan Pertamina konsen terhadap kebijakan bauran energi mencapai 23% energi terbarukan pada 2025.

Pertamina kembali mencatat sejarah baru dalam industri aviasi nasional! Baru-baru ini Pertamina berhasil  memproduksi ‘Bioavtur J2.4’. Produk ini merupakan bahan bakar transportasi udara. Ini sebuah inovasi energi yang diproduksi Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap tersebut dengan menggunakan bahan bakar nabati. 

Keberhasilan ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 ‘Energi Bersih dan Terjangkau’. Bioavtur J2-4 produksi Pertamina berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon. Tak hanya SDGs, di level nasional pengembangan Bioavtur juga selaras dengan target Indonesia melalui Kementerian ESDM dalam mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% tahun 2025 sesuai Kebijakan Energi Nasional. 

Penggunaan biodiesel di Indonesia sudah berjalan sejak 2006. Penggunaan biodiesel di Indonesia dilatari fakta bahwa Indonesia telah menjadi net-importir minyak mentah serta berlimpahnya produksi minyak sawit. Penggunaan biodiesel pun diklaim berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 22,48 juta ton CO2 atau 59% dari target untuk sektor energi dan transportasi pada 2020., sebagaimana dikutip dari katadata.co.id, pada 8/9

Menurut Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, Ifki Sukarya, inovasi ini  melalui tahap pengembangan yang komprehensif. Alhasil,  Bioavtur J2.4 terbukti menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil.

“Sejak tahun 2014, Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan Bioavtur melalui Unit Kilang Dumai dan Cilacap. Performa Bioavtur sudah optimal, dimana perbedaan kinerjanya hanya 0.2 – 0.6% dari kinerja avtur fosil. Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2.4%, ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada,” jelas Ifki, sebagaimana dikutip dari rilis Media Center Pertamina, pada 8/9.

Kontribusi Pertamina dalam mengembangkan Bioavtur J2.4, kata Ifki,  dilakukan terpadu yang meliputi dua tahap penting. Tahap awal pengembangan tersebut dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT).  Tahap pertama ditandai dengan proses ‘Hydrodecarboxylation’, dimana target awalnya  adalah produksi diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.

“Sementara, tahap ke-2 ditandai dengan proses ‘Hydrodeoxygenation’, dimana Pertamina telah berhasil memproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien,” jelas Ifki Sukarya. Puncaknya, tahun 2020, unit Kilang Dumai berhasil memproduksi  Diesel biohidrokarbon D-100 yang 100% berasal dari bahan baku nabati yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). 

RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau. Tahap awal tersebut menjadi langkah penting pengembangan green product termasuk green diesel dan bioavtur. 

Ifki Sukarya menegaskan, Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap didapuk memiliki kapasitas teknis untuk mengembangkan BioAvtur nasional. Hal tersebut tak lepas dari portfolio bisnis unit kilang Cilacap yang merupakan produsen BBM jenis Aviaton Turbine terbesar di Indonesia dengan angka produksi tertinggi 1.852 ribu barel sepanjang tahun 2020.

Di Unit Kilang Cilacap, pengembangan Bioavtur dilakukan di dalam Treated Distillate Hydro Treating (TDHT). Katalis merah putih untuk Bioavtur diproduksi di fasilitas milik Clariant Kujang. Catalyst di Cikampek dengan supervisi langsung dari team RTI (Research Technology and Innovation) Pertamina.

“Melalui Unit Kilang Cilacap, Bioavtur dihasilkan melalui bahan baku minyak inti kelapa sawit atau atau Refined, Bleached, and Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dengan avtur fosil,” jelas Ifki Sukarya seraya menambahkan kapasitas produksi Bioavtur di Unit Kilang Cilacap mencapat 8 ribu barrel per hari dan akan terus ditingkatkan dengan melihat kebutuhan pasar, mulai 2023 nanti,” ujar Ifki Sukarya.

Keberhasilan ini merupakan sinergi pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina yang turut melibatkan peran penting stakeholders termasuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Institut Teknologi Bandung.

Pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina selaras dengan roadmap energi bersih Kementerian ESDM yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2015 terkait pencampuran bahan bakar nabati hingga 5 % pada tahun 2025, termasuk untuk moda transportasi udara.

Dengan dukungan pendanaan dari BPDPKS  (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) yang diberikan kepada Tim Uji Bioavtur ITB serta bantuan sarana pengetesan dan engine dari Garuda Maintenance Facilities (GMF), 5 kali uji kinerja Bioavtur dalam engine test cell berhasil dilakukan dalam 2 periode pengujian. Dengan tetap dikoordinasi oleh Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, stakeholder lainnya bergabung dalam tim PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang menawarkan uji terbang menggunakan pesawat CN 235 FTB. Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) sebagai pemberi izin uji terbang, serta Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU)-Kemenhub sebagai pihak yang memegang otoritas untuk penggunaan bioavtur pada pesawat komersial juga memberikan dukungannya.

Sementara uji terbang pesawat perdana CN 235-220 Flying Test Bed (FTB) berbahan bakar Bioavtur J2.4 berjalan dengan lancar tanpa gangguan apapun. Dilaporkan oleh Project Manager CN 235-220 FTB Eko Budi Santoso, setelah uji terbang perdana, akan dijadwalkan kembali uji terbang dengan ketinggian terbang 16.000 kaki dari test sebelumnya 10.000 kaki.

“Hari ini telah dilaksanakan uji terbang pertama pesawat CN 235-220 FTB yang menggunakan bahan bakar bioavtur di engine kanan. Test terbang hari ini dilakukan pada ketinggian 10.000 kaki dengan lama terbang 1 jam 20 menit sesuai test squence disekitar sukabumi pelabuhan ratu di ketinggian 10.000 kaki,” ujar Eko, Kamis (9/9).

Eko menilai, uji terbang  hari ini (kamis, 9/9) berjalan sangat baik tidak ada gangguan mesin apapun sehingga kondisi mesin masih beroperasi dengan normal. “Setelah test terbang yang dilakukan hari ini, insyaAllah besok Jumat akan dilakukan uji terbang di ketinggian 16.000 kaki. Alhamdulillah test flight perdana lancar dan sukses, kita belum menganalisa efisiensi bioavtur, umumnya kalau pakai Avtur Jet A-1, per jam sekitar 225-250 liter,” nilai Eko.

Kapten Adi Budi Atmoko, Pilot Tim Penguji mengatakan bahwa flight test telah terlaksana 100% dengan hasil seluruhnya dalam keadaan normal dan masuk ke dalam limitasi tidak ada engine surge atau flameout.

Adi menjelaskan, pengujian diawali start engine kiri dan kanan semua parameter engine normal, kemudian dilanjutkan Taxi dan Take-off omenuju test area Sukabumi dengan ketinggian 10.000 kaki. “Test dilanjutkan dengan melakukan engine parameter test dari flight idle sampai maximum cruise power, semua dalam keadaan normal tidak ada ubnormality, kemudian diuji juga akselerasi dan decelerasi power, semua engine data antara kiri dan kanan menunjukkan relatif sama tidak ada perbedaan antara engine kiri yang tangkinya diisi bahan bakar Jet A1 dan kanan yang diisi dengan Bioavtur,” jelas Adi.

“Setelah rangkaian test diatas dilakukan, engine dimatikan dan setelah diketahui engine dalam keadaan normal, dilaksanakan start engine kembali yang hasilnya bagus sampai engine stabilize lagi,” pungkasnya

Pengembangan Bioavtur J2.4 yang dikelola oleh Kilang Pertamina Internasional melalui unit Dumai dan Cilacap merupakan dukungan dari roadmap Environment, Social dan Government (ESG) yang merupakan pilar bisnis perusahaan.

Ifki menambahkan, untuk mencapai misi ESG, seluruh unit di bawah pengelolaan PT Kilang Pertamina Internasional telah merintis integrasi Green Refinery dalam proses bisnisnya.  Upaya pengembangan energi dan produk hijau di lingkungan kilang Pertamina mencakup Green Diesel, Green Avtur dan Green Gasoline. “Pengembangan energi bersih merupakan bagian strategic initiatives Kilang Pertamina Internasional untuk mencapai visi world class refining & petrochemical tahun 2027,” urai  Ifki.[] Yuniman Taqwa