Industry Outlook Tahun 2022 Masa Rebound

Pertengahan Februari 2022 konsumen optimis ekonomi akan pulih. Di waktu yang bersamaan, keuangan pun akan pulih. Masyarakat mulai spending money, sehingga tahun ini adalah tahun rebound!

Inventure, Alvara, Ivosights menggelar Indonesia Industry Outlook #IIO2022, yang berlangsung secara virtual, pada 9 Februari lalu. Hal ini dalam rangka turut berkontribusi untuk mengungkap perubahan-perubahan lingkungan bisnis yang terjadi selama pandemi.

Indonesia Industry Outlook #IIO2022 kali ini mencoba mengungkap perubahan-perubahan yang terjadi di 25 industri/pasar berdasarkan survei yang dilakukan pada akhir Desember 2021 terhadap 770 responden di 10 kota utama di Indonesia, yaitu: Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin dan Denpasar. Dilakukan riset digital monitoring dengan mengumpulkan percakapan-percakapan di media sosial untuk mengetahui sentimen dari berbagai isu di 25 industri di atas. Hasil riset ini diwujudkan dalam laporan berjudul: 10 Megashifts in the 25 Hottest Industries Post-Pandemi.

Meskipun kini Indonesia memasuki gelombang ketiga Covid-19 dengan cepatnya menyebar virus Omicron belakangan ini. Pertanyaannya, bagaimana pengaruh dari Omicron terhadap ekonomi?

Menurut Goldman Sachs, Ada 4 skenario bagaimana Omicron mengancam pemulihan ekonomi dunia mengancam perekonomian dunia. Skenario pertama disebut severe downsize more contagious more deadly. Di mana Omicron lebih menular dan mematikan dibandingkan varian Delta, sehingga memicu restriksi/lockdown consumer  fear, inflasi tinggi dan ekonomi dunia berpotensi kembali mengerut, mimpi buruk tahun 2020 akan berulang.

Kedua, skenario downsize more contagious, less deadly. Skenario ini menyebutkan Omicron menyebar lebih cepat dan lebih menular dari Delta  tapi tidak mematikan. Ancamannya pertumbuhan global quartal I 2022 bakal terpangkas  hanya 2% (QonQ) dengan pertumbuhan sepanjang 2022 hanya 4%.

Skenario ketiga, upsize more contagious much less deadly. Di mana tren normalisasi berlangsung. Pertumbuhan sedikit atas prediksi awal Goldman Sachs and proses Recovery mengalami percepatan.

Skenario keempat, false alarm less contagious, less deadly. Di mana tidak ada dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan inflasi global. Ekonomi dunia akan rebound.”Goldmas Sachs sudah melakukan akhir tahun lalu, sementara kita terlambat, karena kejadian omicrom baru sekarang,”kata Yuswohady, Founding Chairman Indonesia Industry Outlook (IIO) seraya menambahkan di Eropa dan Amerika Omicro sudah “menggila” sejak Desembe lalu. Sedangkan di Indonesia baru di Februari dan Maret mendatang.

Sementara dari hasil digital monitoring Inventure-Ivosights menunjukkan sentiment negative terkait COVID-19 menurun dari 18% menjadi 16%.  Celakanya pada Desember 2021, varian baru COVID-19 Omicron masuk ke Indonesia menandai adanya gelombang ketiga COVID-19. Meskipun demikian masuknya gelombang ketiga ini tidak membuat optimisme konsumen Indonesia menurun. Artinya publik tidak mengalami kekhawatiran yang berlebihan, karena sudah berpengalaman menghadapi varian Delta.

“Hasil  survey menunjukkan varian Omicron menular dan mematikan hanya 16%. Ini artinya proses konsumen terhadap Omcron itu tidak begitu dampaknya ke ekonomi,” kata Yuswohady.

Berdasarkan hasil riset Inventure-Alvara sebanyak 26,2% responden meyakini varian omicron lebih tidak menular dan lebih tidak mematikan. Alhasil dengan adanya temuan ini maka responden merasa lebih siap hidup berdampingan dengan pandemi.

Kondisi ini semakin didukung dengan suksesnya program vaksinasi yang dilakukan oleh Pemerintah membuat risiko kematian akibat COVID-19 makin rendah dan herd immunity semakin cepat terbentuk.

“Dengan konsumen yang kian optimis terhadap bakal berakhirnya pandemi, maka ini merupakan modal berarti bagi ekonomi Indonesia untuk mulai rebound di tahun 2022 ini,” kata Yuswohady.

Kondisi ini semakin didukung dengan suksesnya program vaksinasi yang dilakukan oleh Pemerintah membuat risiko kematian akibat COVID-19 makin rendah dan herd immunity semakin cepat terbentuk.

Konsumen, menurut Yuswohady, konsumen lebih siap berdampingan dengan varian Omicron dibandingkan dengan semasa varian Delta. Survei menyebutkan 70% konsumen siap hidup berdampingan dengan omicron.

Lebih lanjut ditambahkan, konsumen lebih waspada dan percaya terhadap langkah pemerintah. Walaupun mengalami penurunan terus terhadap tiga bulan terakhir ini, tapi tingkat waspada meningkat.

Dari hasil riset setelah Indonesia melewati gelombang pertama dan kedua COVID-19, optimisme masyarakat terhadap prospek perekonomian sangat tinggi. Artinya di tahun 2022 ini konsumen Indonesia sudah siap untuk beraktivitas kembali seperti sebelum pandemi dan mulai berani melakukan spending termasuk untuk durable goods dan barang bernilai besar. “Tahun 2022 kita akan memasuki masa pemulihan dan kita akan rebound,” kata  Yuswohady.

Sementara optimis konsumen terhadap pemulihan ekonomi, kata Yuswohady. bertanya kepada responden. Ada empat pilihan, yaitu: pertama,  pandemi akan selesai pada awal 2022. Kedua, pandemic akan selesai pertengahan 2022. Ketiga, pandemi akan selesai akhir 2022 dan keempat pandemi akan selesai setelah tahun 2022. “Sekitar 75% responden akan selesai pertengahan tahun 2022. Ketika konsumen confidence, maka yang terjadi mereka akan spending. Ketika mereka spending, maka toko-toko akan buka, industri akan buka, kemudian gajinya bagus. Pegawai yang gajinya bagus akan spending lagi. Inilah yang disebut sirklus pemulihan. Dasarnya adalah optimism terhadap kondisi ekonomi, kata Yuswohady.

Kemudian survei ini menemukan, sebanyak 66,5% responden merasa yakin kondisi keuangan akan pulih pada pertengahan tahun 2022. Demikian pula terkait selesainya pandemi, sebanyak 74,8% responden yakin pandemi bakal berakhir di pertengahan tahun 2022. 

Sementara aktivitas masyarakat di luar rumah, menurut Yuswohady, menunjukkan apakah ekonomi akan comeback lagi? Mayoritas publik beraktivitas di luar rumah, meskipun muncul varian Omicron. Saat ini mereka lebih konfiden  dibandingkan Juni 2021. Sekitar 81% tingkat konfiden masyarakat belanja di pasar tradisional pada saat ini. Sedangkan pada Juni 2021 hanya 76,4% konfiden masyarakat belanja di pasar. Begitu juga dengan menonton film di bioskop, berpergian menggunakan transportsi udara, menginap di hotel dan membuat agenda rutin liburan di luar kota. Temuan ini memperkuat oleh sentimen positif publik di percakapan media sosial dan internet.

“Dengan konsumen yang kian optimis terhadap bakal berakhirnya pandemi, maka ini merupakan modal. berarti ekonomi Indonesia mulai rebound di tahun 2022 ini,” kata [] Yuniman Taqwa