Peluang Indonesia Genjot Penjualan Otomotif Tahun 2022

Ada dua faktor yang mendorong industri otomotif tumbuh, yaitu daya beli masyarakat meningkat dan industri leasing yang sehat. Kedua sektor ini berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil. Bagaimana prospek industri otomotif tahun 2022?

Industri otomotif tahun 2021  terselamatkan di tengah pandemi, terutama melalui pemberian insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP). Hasil kebijakan PPnBM DTP terbukti mampu menopang pertumbuhan dan peningkatan produksi kendaraan dan mampu menghindarkan terjadinya PHK pada sektor industri otomotif, khususnya sektor IKM.

Pasar mobil Indonesia pada tahun 2021 berkembang sangat luar biasa, dibandingkan dengan tahun lalu. Berkat insentif relaksasi  PPnBM 0% penjualan mobil di Indonesia naik signifikan menjadi 830.000 unit atau naik sebesar 49%.  Hal tersebut  disampaikan Amelia Tjandra, Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor dalam acara Indonesia Industry Outlook (IIO) 2022 yang digagas oleh Inventure-Alvara-Ivosight yang berlangsung secara virtual, pada 9 Februari lalu.

Tanpa dukungan dari pemerintah, kata Amelia, pasar otomotif tidak bergerak. Apalagi perubahan atau perilaku konsumen yang berubah karena dengan diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat  (PPKM) atau pun kondisi pandemi mereka lebih banyak di rumah dan tidak menghadiri kerumunan. “Ini membuat industri otomotif harus menyesuaikan diri, tetapi adanya pajak yang direlaksasi, industri otomotif bisa bergerak luar biasa,” katanya serius.

Sementara Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Karawang, pada 15 Februari lalu mengatakan, Industri alat angkut tumbuh luar biasa, mencapai dua digit pada tahun 2021, yaitu sebesar 17,82%. Sektor otomotif ini sebagai salah satu penopang utama pertumbuhan industri manufaktur dan ekonomi nasional.

Dengan rantai nilai yang terbentang luas, industri otomotif nasional memiliki nilai forward linkage sebesar Rp35 triliun dan nilai backward linkage sebesar Rp43 triliun pada tahun 2021. “Untuk Toyota sendiri memiliki nilai forward linkage senilai Rp19,7 triliun dan nilai backward linkage senilai Rp16,1 triliun. Jadi disumbangkan Toyota hampir 40% dari total akumulatif industri manufaktur,” ujarnya.

Dukungan pemerintah lewat relaksasi pajak PPnBM memang sangat berpengaruh. Tanpa dukungan pemerintah kita sulit mencapai angka itu.  Amelia Tjandra melanjutkan, pasar mobil Indonesia masih menjanjikan. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju di Asia dan negara-negara Eropa kepemilikan mobil di Indonesia terbilang masih kecil. Meskipun transportasi di Indonesia hari-hari ini membaik, namun kebutuhan mobil pasti akan tetap ada.

Amelia mengkomparasikan Indonesia dengan Jepang. Di Jepang transportasi umum berkembang sangat luar biasa. Akan tetapi, demand pasar otomotif (khususnya mobil) masih tinggi. “Artinya angkutan umum bukan jadi halangan industri otomotif berkembang,” papar Amelia Tjandra.

Amelia mengatakan, selain relaksasi PPnbM ada dua faktor penting yang membuat industri otomotif tumbuh dan berkembang pesat. Dua hal itu adalah kemampuan daya beli masyarakat dan sehatnya industri leasing. Kemampuan dan daya beli masyarakat erat kaitannya dengan pendapatan masyarakat.

Menurut Amelia salah satu yang mendongkrak daya beli masyarakat adalah investasi pemerintah di sektor infrastruktur. “Lebih related dan direct adalah daya beli. Termasuk meningkatnya GDP.

Kemudian faktor lain untuk mendukung industri otomotif Indonesia adalah leasing yang sehat. Kurang lebih 80% pembiayaan otomotif berasal dari kredit, terutama di daerah. Maka leasing harus bisa memfasilitasi skema bunga yang menarik. “Leasing yang sehat, bunganya harus terjangkau. Jika industri leasing berkembang dengan baik, industri otomotif berkembang dengan baik.”, jelas Amelia Tjandra.

Pada Januari 2022, jika dibandingkan dengan Desember tahun lalu, penjualan mobil naik cukup signifikan. Pada Januari tahun ini ada sekitar 80.000 unit yang terjual, sementara pada Januari tahun lalu jumlah yang terjual sekitar 54.000 unit. 

Berdasarkan komunikasi terbaru dengan pemerintah, kebijakan insentif akan tetap ada. “Tahun ini akan ada relaksasi, tapi jumlahnya lebih kecil. Harga di bawah 200 juta akan mendapatkan 0% sampai bulan Maret. Insentif ini diberikan secara adil untuk semua brand.” jelas Amelia Tjandra.

Lebih lanjut ditambahkan, pasar mobil Indonesia masih sangat menjanjikan. Kalau kita lihat dari kepemilikan mobil di Indonesia masih sangat kecil, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN atau pun negara maju. Masih banyak peluang untuk  pasar mobil Indonesia yang sedang berkembang.

Namun demikian, bila  kebijakan tersebut sudah tidak ada lagi, maka  penjualan mobil pada tahun ini akan terdampak.  Hasil riset Inventure – Alvara menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu 70,6% enggan untuk membeli mobil 6 bulan kedepan jika kebijakan PPnBM dihapuskan

Sementara itu, jika sebelumnya konsumen lebih konfiden menggunakan mobil pribadi selama pandemi, kini sebanyak 61,8% responden mengatakan sebaliknya yaitu lebih tertarik menggunakan transportasi umum dibanding menggunakan mobil pribadi. Terutama dengan semakin bagusnya fasilitas bus antarkota dibarengi dengan menurunnya kasus COVID-19. 

Amelia mengatakan, kalau kita lihat angkutan umum dibilang Indonesia cukup baik, tentu masih kalah jauh dengan Jepang atau pun kalah jauh dengan negara-negara maju. Coba bandingkan pasar mobil di Jepang sendiri, angkutan umum yang luar biasa baiknya, pasar mobil di sana masih sangat tinggi. Setahun Jepang bisa menjual mobil sekitar 4 juta unit. Sementara Indonesia hanya sekitar 800-an ribu atau empat kali lipat lebih dibandingkan Jepang.

Lebih lanjut ditambahkan, angkutan umum bukan menjadi penghalang industri otomotif, karena kepemilikan mobil tetap dibutuhkan. Meskipun makin bagusnya infrastruktur – jalan tol – lintas Sumatera, misalnya, ada dampaknya dengan penjualan mobil. “Menurut saya pasar mobil sangat tergantung dengan daya beli. Kalau daya beli dan ekonomi bisa berkembang, maka pasar mobil bisa berkembang,” ujarnya serius seraya menambahkan, salah satu yang mendongkrak daya beli adalah investasi yang dilakukan pemerintah adalah perbaikan  infrastruktur. Dengan perbaikan infrastruktur ini, banyak sekali bisnis-bisnis berkembang.

Dan kita juga bersyukur, kita Amelia, kalau dengan harga material CPO yang naik, atau beberapa industri material lainnya, sehingga banyak sekali kebutuhan mobil komersial naik. “Begitu mobil komersial naik, kami percaya ini indikasi untuk ekonomi yang mulai berkembang. Kalau ekonomi berkembang, artinya GDB naik, daya beli juga meningkat, maka penjualan mobil akan naik.,” katanya. Dengan kenaikan harga komoditi-komoditi di internasional naik, maka akan menaikan pejualan mobil.

Industri otomotif merupakan salah satu sektor terpenting dan sebagai kontributor utama terhadap PDB. Saat ini terdapat 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun, dengan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38 ribu orang. Total investasi yang telah tertanam mencapai Rp140 triliun, dan memberikan penghidupan kepada 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut.

Saat ini produk otomotif Indonesia telah berhasil diekspor ke lebih dari 80 negara. Selama Januari-Oktober 2021 tercatat sebanyak 235 ribu unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp43 triliun, 79 ribu set CKD dengan nilai sebesar Rp1 triliun, dan 72 juta unit komponen dengan nilai sebesar Rp24 triliun.

Pemerintah menargetkan pada tahun 2025, ekspor kendaraan CBU dapat mencapai 1 juta unit. Ini hanya bisa tercapai apabila semua pihak berkolaborasi dalam peningkatan efisiensi produksi dan daya saing produk melalui implementasi industri 4.0, penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui harmonisasi dan sinkronisasi regulasi di sektor otomotif[] Siti Ruslina/Yuniman Taqwa