TEI 2023 Catat Transaksi Melambung
Keberhasilan TEI 2023 merupakan kolaborasi semua pihak untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Sebab bila kita ingin menjadi negara maju, syaratnya produk-produk kita ada yang diakui dunia. Jika ekspor kita bisa menguasai dunia, barulah 2045 kita bisa menjadi negara maju.
Meski di tengah ekonomi dunia yang masih melambat, tapi transaksi dalam ajang Trade Expo Indonesia 2023 (TEI) justru melambung. Dalam 5 hari (18 – 22 Oktober 2023), transaksi sementara sampai hari penutupan mencapai US$ 25,3 miliar atau Rp401,5 triliun, meningkat dua kali lipat dari transaksi tahun sebelumnya. Bukan tidak mungkin angka ini akan meningkat, mengingat ajang TEI 2023 akan terus berlangsung secara online sampai 18 Desember 2023.
Sebagai catatan, bila pada TEI 2022 yang berlangsung secara luring (19-23 Oktober), nilai transaksi selama 5 hari sebesar US$ 2,94 miliar atau Rp45,8 triliun. Tapi angka ini meningkat menjadi US$ 15,83 miliar atau sekitar Rp246,64 triliun sampai penutup TEI 2022 yang berlangsung secara online sampai 19 Desember 2022.
Sementara hari pertama Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38 berhasil mencetak 99 kontrak dagang senilai US$ 4,9 miliar. Penandatanganan ini disaksikan secara langsung oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga di sela gelaran TEI 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai(BSD),Tangerang, Banten pada 18/10.
Sebanyak 99 kontrak dagang ditandatangani antara importir mancanegara dengan pelaku usaha Indonesia dengan total nilai mencapai US$ 4,9 Miliar. Melalui penandatanganan ini diharapkan dapat menghasilkan transaksi konkrit yang berkelanjutan,” kata Jerry.
Penandatanganan kontrak dagang kali ini melibatkan 18 negara mitra. Adapun 5 transaksi terbesar disumbangkan dari India dengan nilai kontrak dagang sebesar US$3,3miliar, Belanda sebesar US$630,71 juta, Jepang sebesar 326,90juta US$, Malaysia sebesar US$ 232,69 juta, dan Amerika Serikat sebesar US$220juta.
Kontrak dagang lainnya juga dibukukan dari Australia sebesar US$77,67 juta, Inggris sebesar US$44juta, Korea Selatan sebesar US$23,20juta, Arab Saudi sebesarUS$18,10juta,Taiwan sebesarUS$13,87juta,Filipina sebesar US$13,32juta, Brazil sebesarUS$11,20juta, Spanyol sebesar US$10,80juta, Afrika Selatan sebesar US$4,37juta, Jerman sebesar US$2,04juta,Mesir sebesarUS$553,44ribu,Hungaria sebesarUS$80ribu, dan Bangladesh sebesarUS$70ribu.
Sedangkan pada hari ke-2 TEI 2023, mencatat nilai kontrak daganga sebesar US$ 625 miliar atau Rp 9,3 triliun. Nilai tersebut diperoleh dari 60 penandatangan nota kesepahaman (MoU eksportir Indonesia dengan para pembeli internasional.
“Tercatat kontrak dagang sebesar Rp 9,3 triliun pada hari kedua TEI ke-38. Kami optimis TEI tahun ini akan mencapai target dan laris manis. Masih aka nada penandatangan kontrak-kontrak dagang berikutnya hingga akhir pameran,” ungkap Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Didi Sumadi.
Kontrak dagang pada hari ketiga pelaksanaan TEI ke-38, pada 20/10, tercatat sebesar US$ 63,3 juta atau sekitar Rp950 miliar. Nilai kontrak dagang hari ketiga ini dicatat dari penandatanganan 11 nota kesepahaman (MoU) antara eksportir Indonesia dan pembeli internasional dari tujuh mitra dagang.
“Dengan penandatangan kontrak dagang hari ini, kami terus berharap produk-produk Indonesia bisa semakin gencar dipasarkan di seluruh dunia. Kami optimis produk-produk Indonesia semakin diterima di pasar global,” kata Didi.
Sementara kontrak dagang pada hari keempat pelaksanaan TEI ke-38, tercatat sebesar US$ 8,5 miliar atau sekitar Rp128 triliun. Nilai kontrak dagang hari keempat ini dicatat dari penandatanganan 27 nota kesepahaman (MoU) dan satu Letter of Intent(LoI) antara eksportir Indonesia dan pembeli (buyer) internasional dari lima negara.
“Nilai penandatanganan kontrak dagang hari keempat tercatat sebesar US$ 8,5 miliar atau sekitar Rp128 triliun. Nilai kontrak diperoleh dari penandatanganan MoU dan LoI dari lima negara. Kami terus mendorong semakin banyak kontrak dagang untuk dihasilkan dalam TEI tahun ini,”tambahnya.
Para buyer internasional dalam MoU dan LoI tersebut berasal dari Hungaria, Mesir, Qatar, Tiongkok, dan India. Produk yang termasuk dalam kontrak dagang meliputi dekorasi rumah, biji kopi mentah, sarang burung walet, keripik, pakaian, camilan, investasi produk kesehatan, dan batu bara. Terdapat juga produk setengah jadi seperti feronikel, baja tahan karat canai dingin, dan bijih nikel laterit. Selain itu, terdapat juga kontrak jasa tenaga kerja.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat penutupan TEI 2023 mengatakan, volume transaksi sementara TEI 2023 mencapai dua kali lipat dari transaksi tahun sebelumnya, yaitu tercatat sebesar US$ 25,3 miliar atau Rp401,5 triliun.
Capaian transaksi sementara TEI 2023 meliputi penandatanganan nota nota kesepahaman (MoU) dengan nilai sebesar US$ 18,31 miliar, transaksi harian sebesarUS$ 4,17 juta, dan penjajakan kerja sama bisnis(business matching)sebesar US$ 18,90 juta. Selain itu, terdapat transaksi investasi senilai US$ 2,81 miliar yaitu investasi di bidang kesehatan dan kerja sama pendidikan dengan Tiongkok.
Zulkifli Hasan mengungkapkan, tahun ini TEI diikuti 1232 pelaku bisnis dan dikunjungi 32.966 pengunjung. Pengunjung terdiri atas pengunjung luring sebanyak 29.873 yang 3.162 diantaranya merupakan buyer dari 114 negara serta pengunjung daring sebanyak 3.093.
Berikut 10 negaradengan transaksi barang dan jasa terbesar pada TEI 2023 yaitu Malaysia sebesar US$ 6,29 miliar dengan persentase 27,95 persen, India sebesar US$ 6,23 miliar (27,68 persen), Tiongkok sebesar US$ 5,58 miliar (24,82 persen), Vietnam sebesar US$ 811,28 juta (3,61 persen), Belanda sebesar US$ 696,28 juta (3,09 persen), Mesir sebesar US$ 591,72 juta (3,09 persen), Filipina sebesar US$ 526,95 juta (2,34 persen), Amerika Serikat sebesar US$ 423,7 juta (1,88 persen), Jepang sebesar US$ 330,89 juta (1,47 persen), serta Persatuan Emirat Arab sebesar US$ 295,84 juta (1,31 persen).
Sementara, 10 produk dengan transaksi terbesar selama TEI 2023, tambah Zulkifli Hasan, antara lain batu bara sebesar US$ 13,26 miliar dengan persentase 58,93 persen, produk kimia dan organic sebesar US$ 2,92 miliar (12,98 persen), industri strategis sebesar US$ 2,73 miliar (12,18 persen), produk elektronik sebesar US$ 612,32 (2,72 persen), makanan olahan sebesar US$ 449,88 juta (2,00 persen), produk pertanian sebesar US$ 407,43 juta (1,81 persen), kertas dan produk kertas sebesar US$ 382,85 juta (1,70 persen), kopi dan the sebesar US$ 370,39 juta (1,65 persen), perhiasan sebesar US$ 280,44 juta (1,25 persen), serta produk ikan dan makanan laut sebesar US$ 164,19 juta (0,73 persen).
Lebih lanjut ditambahkan, TEI 2023 juga dirangkai dengan gelaran Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) yang digelar pada 19-21 Oktober 2023. Pada ajang tahun ini, JMFW berhasil mencatatkan transaksi sebesar US$ 20,1 juta atau setara Rp330 miliar.
“Alhamdulillah JMFW berhasil mencatatkan transaksi sebesar US$ 20,1 juta atau setara Rp330 miliar. Hal ini membuktikan bahwa produk muslim fesyen kita diminati oleh pasar internasional. Oleh karena itu, ekosistemnya harus kita jaga. Jangan sampai dibanjiri barang-barang impor ilegal yang akan mematikan industri dalam negeri,”imbuh Zulkifli Hasan.
Zulkifli Hasan mengapresiasi semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan TEI 2023. “Semoga kita terus mampu meningkatkan kolaborasi dan kerja sama yang sudah terjalin dengan baik untuk bersama-sama meningkatkan ekspor nonmigas. Jika ingin menjadi negara maju, syaratnya ada yang diakui dunia yaitu produk-produk kita. Jika ekspor kita bisa menguasai dunia, barulah 2045 kita bisa menjadi negara maju. Terima kasih atas kerja sama dan konsistensinya mendukung Kemendag untuk meningkatkan ekspor negeri tercinta,”tutup Mendag Zulkifli Hasan.[] Yuniman Taqwa/Foto: pelakubisnis.com