Tuti Yuliyanti: Menyulap Barang Bekas Jadi Karya Seni

Bila anda mempunyai limbah botol plastik, jangan dibuang! Pasalnya dari limbah itu, dapat dibuat berbagai macam kerajinan tangan yang artistik dan bernilai jual. Bagaimana limbah diolah menjadi karya kerajinan yang menarik?

Adalah Tuti Yuliyanti – penggiat UMKM kota Bandung ini – menciptakan aneka pajangan  dari bahan bekas. Salah satunya dari tutup botol plastik. Dari limbah dapat diciptakan tas, pajangan dinding, kap lampu dan banyak lagi jenis produk yang dapat di produksi dari limbah tersebut. “ Saya prihatin melihat limbah plastik yang menumpuk, dan dimanfaatkan kembali menjadi barang yang bernilai ekonomi,” katanya dalam sebuah acara di salah satu tv swasta beberapa waktu yang lalu.

Untuk membuat tas, misalnya, menurut Tuti, langkah pertama membuat pola dari bahan kardus sesuai dengan produk kerajinan yang ingin dibuat. Langkah berikutnya adalah menempel tutup botol tersebut sesuai dengan  pola dan warna yang diinginkan. “Kebetulan di rumah banyak bekas tutup botol plastik. Dari tutup botol plastik kita bisa berkreasi dari ini tutup botol tersebut, sehingga bisa menghasilkan nilai yang berharga, “ katanya sambil memberi  contoh beberapa produk karya yang cantik bernilai ekonomis.

Selain kerajinan menggunakan tutup botol, ternyata dari bahan kardus pun – di tangan Tuti – dapat dibuat aneka kerajinan berupa radio kuno, mesin tik, kamera dan produk-produk lainnya. Produk-produk kerajinan ini dibuat dari bahan kardus bekas.”Hampir di setiap rumah punya limbah kardus. Bagaimana memanfaatkan limbah tersebut menjadi bernilai ekonomi,” jelasnya seraya menambahkan karya kerajinan dari limbah kardus ini dijual di bawah Rp 100 ribu.

Boleh jadi apa pun bahan bekas  — di tangan Tuti yang “disulap” menjadi karya seni bernilai tinggi.  Sebut saja bahan bekas sikat gigi, kuas, sendok, panci, rantai sepeda dan sebagainya.  Dari bahan-bahan bekas tersebut dapat dibuat karya seni  yang dapat dipajang sebagai interior rumah.  Misalnya ia membuat produk  dari bahan bekas peralatan dapur. Dari mulai penggorengan teflon bekas, sendok, rantai sepeda dan berbagai pernak-pernik bahan bekas, ternyata dapat menghasilkan karya seni yang membuat kita berdecak kagum.

Barang-barang bekas tersebut – dengan imajinasinya – ia tempatkan satu demi satu di dasar tempat penggorengan teflon.  Kemudian setelah ditempel berbagai barang bekas sesuai dengan imajinasinya. Kemudian langkah berikutnya ia semprot  dengan cat berwarna perak kehitam-hitaman dan beberapa sentuhan warna klasik lainnya.

Alhasil siapa sangka barang-barang bekas tersebut menjadi lukisan bernilai seni yang sebelumnya tak terbayang. “Saya menciptakan di rumah zero waste, sehingga barang bekas yang ada bisa menghasilkan barang bernilai seni dan bisa dijual lagi,” kata Tuti serius.

Tuti mengaku, awalnya ia  membuat kerajinan ini  hanya untuk konsumsi keluarga saja. Tapi ternyata banyak orang yang suka ketika melihat. Akhirnya tergerak untuk melakukan edukasi ke orang lain. Karya-karya dari barang bekas berbahan besi ini dijual dengan harga mulai Rp 150.000.

Kolektor asal kota Bandung yang memiliki ratusan jenis peralatan makan dan minum yang terbuat dari enamel ini mulai mengoleksi  sejak tahun 1997. Jadi tak heran apabila jumlahnya sudah mencapai ratusan. Beliau menyimpan dan memajang koleksi barang-barang enamel miliknya di  rumahnya yang terletak di daerah KPAD, Gegerkalong, Bandung.

Koleksi enamel milik Tuti cantik-cantik. Setiap orang yang lihat pasti ‘mupeng’.  Semua koleksi enamel miliknya berasal dari beberapa kota di Indonesia. Hingga banyak online shop yang dengan sukarela menghubunginya untuk menginformasikan apabila ada koleksi enamel terbaru, sebagaimana dikutip dari sarrahgita.com.

Koleksi enamel yang dimiliki Tuti beragam warna dan motifnya, merah, hijau, coklat, biru, mulai dari yang polos, motif bunga, motif buah sedangkan motif blirik merupakan salah satu motif enamel yang paling kekinian. Meskipun peralatan makan berlapis enamel, memiliki kesan jadul karena pada jaman dulu, orang-orang menggunakan alat makan berbahan enamel untuk makan dan minum sehari-hari. 

Selain mengoleksi berbagai macam benda enamel, ibu yang aktif membina komunitas UMKM Kota Bandung ini juga membuat berbagai macam kerajinan tangan seperti aksesories (bros, anting dan kalung) dan juga kerajinan tangan lainnya seperti hiasan dinding yang sebagian besar merupakan benda-benda yang terbuat dari bahan daur ulang. 

Barang-barang kerajinan yag terbuat dari, botol bekas, peralatan dapur bekas dan sebagainya mampu ia sulap menjadi barang-barang yang memiliki nilai artistik bernilai seni. Dapat dijadikan interior rumah.

Bila Anda berkunjung ke Roemah Tafira milik Tuti, Anda melihat di pekarangan depan terdapat beberapa buah ban mobil bekas yang dicat dan dilukis yang kemudian beralih fungsi menjadi pot tanaman yang cantik. Ibu Tuti, demikian sapaan akrabnya,  sering bekerja sama dengan beberapa UKM (Usaha Kecil Menengah) yang bergerak di bidang kerajinan tangan, melalui kegiatan-kegiatan berupa pelatihan mengolah barang-barang bekas menjadi barang yang memiliki manfaat.

Roemah Tafira Handycraft menurutnya, adalah workshop handcraft yang bergerak di bidang kerajinan yang lebih mengutamakan bahan-bahan daur ulang atau bahan yang ada di sekitar rumah.

“Nama Tafira ini diambil nama anak saya yang kedua, Disa Tafira Raimalda Tafira,” kata Tuti beberapa waktu lalu, sebagaimana dikutip dari xnews.id.

Tuti bercerita, awalnya ikut lomba foto yang diadakan di luar negeri seperti di Brazil, Italia, Spanyol dan selalu menang dengan ciri khas gaya fotonya yang vintage. “Lama kelamaan saya jadi dikenal orang. Banyak yang DM (direct message) menawarkan barang-barang jadi banyak. Saya tidak hunting atau mencari ke sana-sini. Itu semua dari DM atau ada yang menawarkan ia via WA, IG dan FB. .Saya dapat dari orang-orang tua. Lama-lama karena sudah banyak, saya jualan barang vintage. Jadi betul bukan kolektor asalan,” pungkas Tuti.[] Siti Ruslina