Startup Tak Bisa ditarik Mundur Ke Belakang

Bukan berarti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan rintisan (startup) merupakan awal dari bubble burst. Bisa jadi merupakan restrukturisasi untuk menyehatkan perusahaan. Apalagi kini para investor mulai seret menggelontor investasi di perusahaan startup.

Rhenald Kasali dalam channel YouTube nya mengatakan, benarkan startup ini sedang menghadapi masalah atau semua usaha sedang menghadapi masalah? “Saya membaca berita sampai geleng-geleng kepala? Atau perusahaan ini merubah posisinya, melakukan restrukturisasi, melakukan penajaman suatu usaha, menutup satu sektor, persis yang dilakukan Gojek dulu ketika menutup beberapa lini bisnisnya. Apakah Gojek nya berakhir? Apakah investornya mundur dari Gojek?

“Kan tidak begitu! Ini adalah suatu proses, kemudian dia melakukan merger, go public dan sebagainya. Itu pun kalau harganya turun dia akan naik lagi, akan turun lagi dan naik lagi. Ada pihak yang diuntungkan dan tentu saja ada pihak yang dirugikan,” katanya serius.

Jangan lupa, mengutip pernyataan Kristensi, seorang pelopor teori disruption,  Rhenald mengatakan, setiap tahun ada 30.000 produk baru yang bersifat inovatif, tetapi dari 30.000 produk-produk baru itu ternyata 90 persen mengalami kegagalan.

Misalnya Zenius, menurut Rhenald, platform belajar online berbasis aplikasi ini  melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 200 karyawannya. Dibandingkan dengan Unilever yang melakukan PHK 2500 karyawan di seluruh dunia, angka itu terbilang masih kecil dibandingkan dengan jumlah karyawannya. Dulu General Electric tahuan 90-an melakukan PHK 40.000 sampai 50.000-an karyawan. Yang dipangkas itu bukan hanya “lemak, tapi juga otot”. Apakah kemudian GE berakhir? Tidak! Justru tambah sehat. “Dan begitu juga di negara kapitalis, orang dikasih surat, bahkan ada dikasih bunga, artinya besok mereka sudah harus ke luar dari kantor. Tetapi, mereka mempunyai jaminan sosial yang baik,” tambah Rhenald.

Siapa lagi yang melakukan PHK, kata Rhenald, kabarnya Tani Hub. Ternyata perusahaan ini menutup dua gudang di Bandung dan Bali, mengalihkan bisnisnya dari B2C (business to customer) ke B2B (business to business). Pantas dia menutup dua gudangnya biar efisien. Jumlah PHK nya berapa? Tidak ada berita!

JD.ID tidak dituduhkan semua pihak. Menurut Rhenald, bahasanya melakukan improvisasi yang ujungnya melakukan PHK karyawan, tapi jumlahnya tidak disebutkan. Bandingkan jumlah perusahaan-perusahaan yang melakukan PHK selama pandemi. Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan ada 2,8 juta karyawan kena PHK. Menteri keuangan menyatakan jumlahnya mencapai 5 juta orang. Tapi Kadin Indonesia menyebutkan jumlah PHK 15 juta. “Sudah lupakah kita pada berita-berita bahwa Garuda Indonesia pada tahun lalu memutuskan PHK 6600 karyawan dari Januari – November 2021 atau melakukan negosiasi untuk tidak memperpanjang kontrak karyawan. Jumlah persisnya kita tidak tahu, media menyebutkan sekitar 6600 orang.

Pertanyaannya siapa yang melakukan PHK? Yang melakukan PHK, kata Rhenald perusahaan-perusahaan yang menyehatkan kembali dirinya. Kita belum melihat pada fase kebangkrutan. Demikian pula pada perusahaan startup, kita belum melihat bubble burst atau awal ledakan gelembung.

Kenapa logika berpikir ini, menurut Rhenald harus diperbaiki? Jawabannya sederhana.  Startup itu menyangkut inovasi. Kita menyebut startup karena ini usianya masih muda, tapi dibedakan dengan UMKM. Bedanya dimana? Inovasi harus bersifat disruptif, bukan pasang alat, pasang teknologi digital dan hanya berhubungan dengan sosial media. Yang disebut startup adalah yang bersifat inovatif, yang menggunakan teknologi dan pertumbuhannya bersifat eksponensial. “Wajar kalau mereka terperangkap dan akhirnya mereka mencari investor dan akhirnya bakar uang, karena pertumbuhannya ingin eksponensial.,” kata Rhenald.

Kenapa mereka hal demikian? Karena, lanjut Rhenald, mereka adalah usaha yang beresiko. Dan usaha beresiko ini tidak bisa dibiayai oleh perbankan. Bank mana yang mau membiayai usaha yang beresiko. Bank hanya mau membiayai usaha yang sudah berjalan dan sudah kelihatan ada keuntungan dan tidak beresiko.  Usaha-usaha rintasan ini harus mencari investor. Supaya mereka mendapatkan investor, maka mereka membuat usaha yang memecahkan persoalan konsumen dan ada hitungannya.

Hitungannya dari mana? Hitungannya dari masa depan, dari efek jaringan yang diciptakan di masa depan  dari efek usaha yang diciptakan perusahaan rintisan ini. “Sekarang eranya zaman susah. Makanya PHK terjadi di semua lini, semua perusahaan. Banyak perusahaan kecil dan besar yang kena. Dan bukan hanya startup. Pada saat ini telah terjadi triple disruption. Teknologi digital berkembang sangat cepat, terjadi pandemic dan pandemic pun menyebabkan orang menggunakan teknologi jarak jauh dan cara-cara baru yang bermunculan dan kemudian perang antara Rusaia sama Nato, bukan sama Ukraina. Kalau sama Ukraina selesai hanya dalam beberapa minggu,” kata Rhenald.

Tapi melawan sekutu yang lebih besar. Ingat perang dunia I terjadi ketika Austria menyerbu Serbia? Dan ternyata Austria berteman dengan Jerman. Jerman tidak membiarkan karena Serbia punya sekutu (saudara) yang melindungi, yaitu Rusia. Rusia sekutunya adalah Perancis dan Inggris pada saat itu. Akhirnya melibatkan banyak negara dan jadi meluas.

Demikian pula, menurut Rhenald,  antara Rusia dan Ukraina. Mengapa ini menjadi penting? Karena kedua negara ini adalah lumbung pangan dan lumbung energi bagi sebagian negara, khususnya Eropa.

Menurut PBB, ada sekitar 1,7 milyar penduduk di muka bumi ini  yang terdampak menjadi miskin akibat perang kedua negara dengan sekutu-sekutunya.

Menurutnya, ada 109 negara saat ini yang mengalami satu dari tiga krisis, yaitu: satu krisis keuangan. Krisis keuangan terjadi karena selama pandemic negara-negara itu harus meminjam lebih banyak lagi uang untuk memberikan rakyatnya perlindungan atau proteksi dari bencana virus Covid-19. Bayangkan untuk pertama kali dalam sejarah negara memberikan uang agar rakyatnya tidak produktif.

Kedua, krisis pangan dan ketiga krisis energi. Termasuk negara-negara di Eropa yang diputus pasokan energinya dari Rusia atau ini kerjaan Amerika juga untuk memblokade Rusia sehingga pendapatannya hilang dari sektor energi.

Dulu strategi negara dalam keadaan sulit, negara kasih uang ke rakyat, bikin padat karya, sehingga produktif. Tapi kali ini rakyat dikasih uang agar tidak bekerja, di kasih makan, dikasih subsidi. Itulah harus pinjam uang. Sementara pekerjaan-pekerjaan terhenti. Akibatnya pembayaran pajak tidak naik. Pendapatan negara turun, tapi utangnya membesar. Utang Indonesia dulu sekitar 30 persen, sekarang sekitar 40 persen.

Menurut Rhenald investor-investor startup sekarang lagi sulit. Amerika sekarang meningkatkan suku bunga. Kemudian inflasi di mana-mana tinggi. Investor sekarang mungkin lagi terganggu sekali. Kemudian kita lihat, mereka yang sukses mendapatkan dana dari Tiongkok. Apa yang terjadi? Alibaba dua tahun yang lalu suspend  oleh Xi Jinping.

Karena Tiongkok menerapkan strategi bahwa rakyatnya punya kesejahteraan yang kurang lebih sama. Mereka tidak menginginkan terjadinya gap. Itu sebabnya ketika Alibaba mau melakukan go public internasional, kemudian dihambat dan akhirnya gagal.

Bayangkan kalau Anda salah satu dari investor Alibaba yang banyak menggelontarkan dana di sejumlah startup di Indonesia dan sejumlah negara lainnya. Dari mana mereka mendapatkan uangnya? Yang paling menguntungkan adalah dapat jackpot dari Alibaba.

Beruntunglah hari ini perusahaan-perusahaan besar mulai sadar. Mereka meluncurkan Corporate Venture Capital, tapi sayangnya mereka baru cari untung dari sekedar naiknya harga saham-saham dan valuasinya naik. Mereka turun dan membuat valuasinya naik, karena mereka nanti akan jual lagi.

Padahal harusnya usaha rintisan itu memodernisasi atau transformasi usaha yang sudah ada. Tapi banyak sekali yang tidak melakukan. Katakan disuatu perusahaan telekomuniasi chip ini suatu suatu perusahaan digital signature, tapi mereka ikut lagi di perusahaan-perusahaan rintisan lainnya. Jadi karyawannya bingung.  Seharusnya fokus kemudian valuasi yang lain. Dan hal ini bisa untuk  mentransformasi perusahaan.

Itulah yang kita saksikan dengan adanya startup. Sedangkan startup dibutuh perusahaan besar untuk mentransformasi perusahaan. Dan terakhir cara baru ini tidak bisa dibawa mundur ke belakang. Era baru akan terus ke depan. Startup akan selalu bermunculan.

Ada sau sifat menusia, kata Rhenald, manusia menjadi manusia. Dari tadinya tinggal di gua dan ototnya hanya beberapa gram. Kemudian otoaknya menjadi besar akhirnya manusia menjadi berbudaya sampai manusia bisa berkolaborasi dengan yang lain. Baru fokusnya selalu memecahkan persoalan. []  Yuniman Taqwa/disarikan dari sumber YouTube Rhenald Kasali.