The Flash (2023), Tidak Sekedar Fanservice

Sebuah terobosan baru bagi sutradara Andy Muschiett  yang biasanya menyutradarai film-film bertemakan horror. Kali ini ia sukses membuat film The Flash menjadi sangat menarik dan tidak kalah asyik dengan series The Flash dan Arrowverse yang diperankan oleh Grant Gustin. Rating 8.5/10 untuk The Flash (2023) dari penulis. Sebuah film dengan tema multiverse yang beda dan tidak hanya sekedar  fanservice.

Barry Allen alias The Flash sukses diperankan Ezra Miller/Foto: pinterest

Film The Flash yang dirilis pada tahun 2023 merupakan film besutan dari DCEU (DC Extended Universe) yang pertama kali menggunakan konsep multiverse sebagai tema utamanya. Akibat dari multiverse juga,  universe yang telah dibangun sejak film Man of Steel (2013) ini harus mengalami reset dan secara resmi merubah DCEU menjadi DCU (DC Universe). Film pertama dari DCU yang bertajuk Blue Beetles akan tayang pada Agustus tahun ini dan mengawali DCU sebagai universe baru dalam film-film DC kedepannya. 

Berbicara soal universe, memang DC cukup ngawur dalam menempatkan film-filmnya. Karena film-film DC tidak hanya bertempat tinggal di DCEU, melainkan banyak di universe lain misal seperti film The Batman (2022) dan Joker (2019) yang memiliki universe-nya sendiri dan keduanya tidak termasuk dalam DCEU meski keduanya berada dalam dekade yang sama dengan DCEU.

Karena kerumitan dari universe yang beranekaragam ini, boleh jadi pihak Warner Bros kemudian memutuskan untuk me-reboot ulang film-film DC dalam universe yang baru dan film The Flash dijadikan sebagai penyebab pasti dalam kronologikal timeline sebagai biang dari reboot ulang di DCU. 

Diangkat dari adaptasi komik Flashpoint, film The Flash menceritakan seorang pemuda bernama Barry Allen alias The Flash yang berhasil menemukan cara dalam melakukan aksi perjalanan waktu atau time travel. Ia kemudian memutuskan kembali ke masa lalu untuk mencegah kematian ibunya sekaligus mencegah jebakan narapidana bagi ayahnya. Atas aksinya ini, Barry justru menyebabkan sebuah kerusakan dalam timeline dan menyebabkan satu universe ke universe lain saling bertabrakan dan mengakibatkan multiverse sehingga Barry tidak hanya mengubah masa depan tapi juga masa lalu. Seperti Batman yang kemudian justru malah menua sampai gagal landingnya Superman ke bumi menyebabkan Supergirl yang harus mencegah ancaman dari jenderal Zod yang pernah terjadi dulu di film Man of Steel.

The Flash disutradarai oleh Andy Muschietti. Sebuah trobosan yang amat baru bagi Andy karena ia biasanya menyutradarai film-film bertemakan horror. Sebut saja film seperti It (2017) yang sangat sukses kala itu. Namun meski begitu, Andy Muschietti sukses membawakan film Flash yang menarik dan tidak kalah asyik dengan series The Flash dan Arrowverse yang diperankan oleh Grant Gustin.

Soal aktor juga tidak kalah penting karena menurut penulis, aktor-aktor dalam film The Flash ini tidak ada yang gagal. Mulai dari karakter utamanya yaitu Barry Allen yang diperankan oleh Ezra Miller. Kesampingkan kasus-kasus kontroversial yang menyangkut pada Ezra Miller seperti penculikan anak di bawah umur dan penyerangan terhadap wanita di bar, Ezra Miller berhasil menjadikan dirinya sebagai Barry Allen sepenuhnya dalam film ini. Ia berhasil membuat kita sebagai penonton menyukai karakternya karena aktingnya dan pendalaman karakter yang semaksimal mungkin. Pada dasarnya Barry Allen memang tokoh yang kental akan komedinya. Tapi dalam film ini, kita bisa melihat sisi lain dari Barry Allen yang depresi dan penuh akan kesedihan dan rasa bersalah. Ezra Miller bisa menyeimbangkan antara dua sifat Barry yang kontras ini. 

Untuk aktor lain seperti Michael Keaton yang meski sudah berumur masih bisa memerankan Batman ala 80-an yang ikonik. Ya memang Michael Keaton merupakan pemeran dari Bruce Wayne alias Batman dalam film Batman (1989) dan Batman Returns (1992) sehingga kehadirannya ini merupakan fanservice bagi penonton terutama yang mengikuti franchise DC. Soal Batman Michael Keaton ini juga berkaitan dengan tema musiknya yang melegenda sehingga penonton dibuat nostalgia setiap kali musik theme dimainkan.

Untuk pemeran yang lain sama bagusnya seperti Sasha Calle yang memerankan Supergirl meski tampilan Supergirl kali ini cukup berbeda dari Supergirl yang kita ketahui. Ia bisa memerankan sosok Kara Zor El yang dingin sesuai dengan penokohannya dan latarnya dimana Kara Zor El harus ditahan di penjara Soviet dan membuatnya kehilangan kepercayaan atas manusia.

Bagian terpenting dalam film adalah ceritanya dan plot yang dihadirkan dalam film The Flash sangat menarik untuk diikuti sehingga menyebabkan The Flash merupakan salah satu film superhero yang wajib ditonton pada tahun ini berdampingan dengan film blockbuster lainnya yang rilis pada waktu bersamaan seperti Spiderman: Across the Spiderverse dan Transformers: Rise of the Beast. Ini juga menjadi tantangan karena The Flash harus bersaing dengan dua film besar lainnya terutama Spiderman: Across the Spiderverse yang dari segi konsep mirip-mirip dengan The Flash serta menjadi top 11 film terbaik sepanjang masa versi IMDb. 

Yang menjadi kekurangan fatal bagi The Flash mungkin efek CGI-nya yang hancur sekali. Meski cinematography dari film ini sangat ciamik seperti scene ketika Supergirl mengangkat Barry Allen ke langit, tapi penonton pasti sadar bahwa efek CGI pada beberapa scene tertentu terlihat sangat jelek. Yang pertama scene ketika Barry Allen mengintip suatu universe dari speed charge-nya yang terkesan tidak kreatif dan mirip dengan scene dari Axl, Son of Heimdall dari film Thor: Love and Thunder besutan Marvel Studios yang sama jeleknya. Lalu scene ketika Barry Allen berlari di speed charge dan melihat gambaran masa lalu di sekitarnya yang full menggunakan CGI dan tidak rapih. Juga kehadiran cameo dari Nicholas Cage dan Christopher Reeve yang juga menggunakan efek CGI dan tentunya tidak mulus. 

Terlepas dari kekurangannya, film The Flash penuh akan pesan moral yang berarti. Seperti bahwa kita harus move on dari masa lalu dan fokus pada masa kini. Film ini menjadi salah satu film terbaik besutan DCEU ditengah bobroknya universe tersebut. Acungan jempol kepada Andy Muschetti yang berhasil membawakan cerita Flash yang sangat emosional di luar karakternya yang sangat cheerful juga Ezra Miller yang berhasil memerankan tokoh Barry Allen sebagai Flash yang dicintai oleh fansnya. Rating untuk The Flash (2023) adalah 8.5/10 dari penulis. Sebuah film dengan tema multiverse yang beda dan tidak hanya soal fanservice. []Abrar Rizq Ramadhan