Bursa CPO Terobosan Tata Kelola Perdagangan CPO di Indonesia

Sudah  bergabung  18  pelaku usaha  CPO siap   berdagang melalui Bursa CPO  Indonesia. Melalui transaksi  CPO  di  Bursa  Berjangka  di  Indonesia,  diharapkan  terbentuk  harga  CPO  yang  dapat dijadikan  acuan  pelaku  pasar  CPO  ke  depan di Indonesia!

Menteri  Perdagangan  Zulkifli  Hasan  meluncurkan  perdagangan  pasar  fisik minyak  kelapa  sawit  mentah  CPO  di  Bursa  Berjangka  Indonesia  pada 13/10  di Jakarta. Peluncuran  Bursa  Crude Palm Oil (CPO)  merupakan  terobosan  yang  dilakukan  Badan  Pengawas  Perdagangan  Berjangka  Komoditi  (Bappebti)  dalam  memperbaiki  tata  kelola perdagangan  CPO  di  Bursa  Berjangka.  Bursa  CPO  Indonesia  diharapkan  dapat mendorong pembentukan harga acuan CPO.

Peluncuran   Bursa   CPO   merupakan   bentuk   komitmen Kementerian Perdagangan mendorong terbentuknya harga acuan CPO yang transparan, akuntabel, dan tepat waktu, baik untuk perusahaan besar, menengah, maupun kecil/petani kelapa sawit, Pasalnya, Indonesia  berkontribusi  lebih  dari  50  persen  kebutuhan  CPO dunia,  namun  belum  memiliki  harga  acuan  sendiri.  Harga  patokan  ekspor  CPO  saat  ini  bersumber  dari Rotterdam dan Malaysia.

“Melalui transaksi  CPO  di  Bursa  Berjangka  di  Indonesia,  diharapkan  terbentuk  harga  CPO  yang  dapat dijadikan  acuan  pelaku  pasar  CPO  ke  depan.  Indonesia  belum  memiliki  harga  acuan  CPO,  padahal Indonesia  merupakan  negara  produsen  CPO  terbesar  di  dunia.  Kami  banyak  mendapatkan  keluhan  dari pelaku  usaha  jika  harga  acuan  masih  bersumber  dari  negara  lain  tidak  tepat.  Hal  ini  berdampak  di hilir, misalnya  untuk  pembayaran  pajak  yang  lebih  tinggi.  Untuk  itu,  Pemerintah  memfasilitasi  melalui terbentuknya  Bursa  CPO  Indonesia ini  agar  ke  depan  bisa  menjadi market  influencer bagi  dunia,” ujar Zulkifli Hasan.

Zulkifli Hasan menekankan, CPO merupakan komoditas  strategis Indonesia. Pada 2022, produksi CPO  Indonesia mencapai  46,73  juta  ton  dengan  nilai  ekspor  mencapai USD  29,62  miliar.  Pada  Mei  2023, produksi CPO Indonesia tercatat 20,86 juta ton atau lebih tinggi 15,74 juta ton dibanding Malaysia.

Lebih lanjut ditambahkan, perdagangan CPO di bursa diharapkan menjadi sarana bagi industri atau pabrik kelapa sawit atau kebun kelapa sawit untuk melakukan transaksi komoditasnya dengan harga kompetitif. “Peluncuran  Bursa  CPO  Indonesia  merupakan  komitmen  Kemendag  menciptakan ekosistem perdagangan CPO,” tambah Zulkifli Hasan.

Zulkifli Hasan memperjelas, Pemerintah berkomitmen memperbaiki tata kelola perdagangan CPO Indonesia  melalui  diterbitkannya  Peraturan  Bappebti  (Perba)  No.  7  Tahun  2023  tentang  Tata  Cara Perdagangan CPO di Bursa Berjangka. Walaupun kebijakan ini bersifat sukarela (voluntary).

“Kebijakan perdagangan CPO harus cepat beradaptasi dengan pergerakan pasar yang dinamis. Kebijakan ini   juga   harus   dipastikan   mendukung   Indonesia   menjadi   barometer   harga   CPO   dunia.   Kita   harus mengoptimalkan  nilai ekonomi  dan  perdagangan  CPO  bagi  kesejahteraan masyarakat Indonesia,” imbuh Zulkifli Hasan.

Bursa CPO Indonesia, acuan   harga   di   Indonesia/foto: doc.Kemendag

Bursa  CPO  Indonesia, kata Zulkifli Hasan,  dapat  berkolaborasi  dengan  pemerintah  dan pemangku  kepentingan  untuk  meningkatkan  literasi  masyarakat  dalam  mendongkrak  transaksi  CPO. “Kuncinya adalah kolaborasi. Dengan kerja sama seluruh pemangku kepentingan, saya yakin target Perba ini   akan   terlaksana   dengan   baik,   dan   Bursa   CPO   Indonesia   menjadi   acuan   harga   di   Indonesia. Terbentuknya  Bursa  CPO  harus  mendorong  penguatan  perdagangan  CPO  dan  mendukung  Indonesia menjadi market influencerdi pasar global,” tutur  Zulkifli Hasan.

Zulkifli  Hasan  menyebutkan,  ke  depan,  Kemendag  akan  mengatur  tata  kelola  ekspor  CPO yang akan memfasilitasi pelaku usaha melalui Bursa Berjangka oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri. 

Sementara Kepala  Bappebti  Didid  Noordiatmoko menyampaikan,  pada  9 Oktober 2023,  Bappebti  telah menerbitkan persetujuan  Bursa  CPO  kepada  PT  Bursa  Komoditi  dan  Derivatif  Indonesia  atau  yang  dikenal  dengan Indonesia  Commodity  and  Derivatives   Exchange   (ICDX)  melalui  Keputusan  Kepala  Bappebti  Nomor 01/BAPPEBTI/SP-BCPO/10/2023.

“Pembentukan Bursa CPO ini adalah bukti pemerintah hadir dalam upaya mendorong perdagangan CPO lokal  yang  wajar  dan  adil  untuk  menjamin  kepastian  berusaha  dan  mengutamakan  perlindungan  bagi masyarakat.  Kesempatan  ini  merupakan  momen  yang  baik  karena  menjadi  sarana  edukasi  pemerintah kepada masyarakat bahwa komoditas unggulan kita yaitu CPO harus lebih didorong agar menjadi tuan di rumah sendiri,”ujar Didid.

Didid   mengungkapkan,   perdagangan   CPO   melalui   Bursa   Berjangka   Indonesia   ini   bersifat   sukarela. “Meskipun bersifat sukarela, namun kami yakin seluruh pelaku usaha bersedia berpartisipasi dalam upaya menegakkan  marwah  CPO  di  bumi  Nusantara.  Kami  mendorong  UMKM  pengusaha  pabrik  kelapa sawit  ikut serta dalam  Bursa CPO Indonesia ini. Hal ini karena perdagangan di bursa akan menempatkan penjual  dan  pembeli  pada  tingkat  yang  sama (same  level  playing  field) serta  memiliki  kekuatan  tawar yang  sama  karena  perdagangan  melalui bursa akan mempertemukan penjual dengan pembeli,”kata Didid.

Didid  menjelaskan,  untuk  mengotimalisasi  perdagangan  CPO  di  Bursa  Berjangka  karena  ini  bersifat sukarela,  perlu  dilakukan  berbagai  sosialisasi  dan  pelatihan  terkait  mekanisme  perdagangan  di  bursa. “Sosialisasi dan pelatihan ini akan dilakukan bukan saja kepada pemain besar, namun juga pemilik pabrik kelapa sawit,”ungkap Didid.

Menurut  Didid,  saat  ini  sudah  bergabung  18  pelaku usaha  CPO  yang siap  untuk  berdagang melalui Bursa CPO  Indonesia. “Ini tentunya menjadi langkah awal yang baik. Bursa ini tidak mulai dari nol. Hal ini menunjukkan  bahwa  sudah  ada  keinginan  kuat  dari  pelaku  usaha  untuk  mewujudkan  perdagangan  CPO lebih adil dan transparan,”jelasnya.

Didid  menargetkan  Bursa  CPO  sudah  bisa live pada  23  Oktober  2023.  Artinya  perdagangan  CPO melalui  Bursa  Berjangka  sudah  terjadi  secara  efektif.  Dengan  demikian,  mulai  23  Oktober  2023, sudah   mulai   terbentuk price   discovery dan   dengan   upaya   untuk   meningkatkan   kredibilitas   bursa. Diharapkan pada triwulan pertama 2024 sudah mampu mewujudkan price reference.

ICDX berkomitmen menjadi bursa yang inklusif dan menyediakan kesetaraan bagi semua pelaku pasar/foto: ist

“Pendirian bursa CPO ini sekaligus menandai transformasi Bappebti. Ke depan, Bappebti akan lebih fokus pada pengaturan dan pengawasan perdagangan berjangka komoditi strategis yang berdampak langsung pada   peningkatan   kesejahteraan   masyarakat.  Setelah   CPO   ini,   Bappebti   akan   meneruskan   dengan komoditi strategis lainnya seperti kopi, karet, kakao, dan sebagainya,” urai Didid.

Direktur Utama Indonesia Commodity &  Derivatives Exchange (ICDX) Nursalam mengatakan, penunjukan pemerintah kepada ICDX untuk menjadi penyelenggara Pasar Fisik CPO melalui Bursa ini tentunya adalah sebuah   kepercayaan   besar   dari   pemerintah.   ICDX   sebagai   kepanjangan   tangan   pemerintah   akan mewujudkan pasar CPO yang teratur, wajar, dan efisien. Selain itu, ICDX juga berkomitmen menjadi bursa yang inklusif dan menyediakan kesetaraan bagi semua pelaku pasar.

“Sudah menjadi kewajiban ICDX untuk mewujudkan Bursa CPO sebagai bursa yang kredibel, mandiri, dan transparan. Secara teknis, kami telah siap untuk penyelenggaraan pasar fisik CPO ini termasuk dalam hal sistem perdagangan. Kesuksesan Bursa CPO tentunya akan menjadi kesuksesan negara sebagai produsen CPO terbesar di dunia dalam mewujudkan harga acuan CPO dunia. Ke depan, ICDX akan mengajak semua pemangku kepentingan untuk bisa berkolaborasi dalam mengembangkan ekosistem ini,”ujar Nursalam

Dalam  kesempatan  tersebut  dilakukan  diskusi  panel  dengan  narasumber  Sekretaris  Bappebti  Olvy Andrianita, Akademisi Bustanul Arifin, dan Direktur ICDX Yugieandy Tirta Saputra.

Olvy  menegaskan,  pembentukan Bursa  CPO  ini  bukanlah  akhir,  namun  awal  dari  langkah  mewujudkan mimpi  Indonesia  yaitu  memiliki  harga  acuan  CPO  sendiri.  Masih  banyak  proses  yang  akan  dilakukan  dan masih  butuh banyak  masukan  untuk  penyempurnaan  pelaksanaan  perdagangan  CPO  melalui  bursa  ke depan.

“Harapannya, keberadaan bursa CPO ini tidak memberatkan pelaku usaha sehingga akan banyak yang berpartisipasi ke dalam bursa. Selain itu, kolaborasi antar-kementerian dan lembaga juga harus dikuatkan mengingat   efektifnya   perdagangan   CPO   melalui   bursa   dipengaruhi   oleh   berbagai   kebijakan   dari kementerian dan lembaga lain yang terkait,”imbuh Olvy.

Dari  sisi  akademisi,  peluncuran  Bursa  CPO  adalah  sinyal  positif  bagi  perbaikan  tata  kelola  perdagangan CPO Indonesia. “Idealnya  memang  pasar  fisik  CPO  berjalan  berbarengan  dengan  berjangka.  Namun inisiatif  pemerintah  ini  patut  kita  apresiasi  karena  selain  perbaikan  data  nilai  dan  volume  CPO,  dengan transaksi  di  bursa  diharapkan  tercipta‘value’ CPO  yang  sesungguhnya.  Hal  yang  tidak  kalah  penting, bagaimana bursa harus membangun kredibilitas dan kepercayaan masyarakat,” jelas Bustanul.

Sementara itu Direktur ICDX Yugieandy Tirta Saputra menyampaikan, komitmen ICDX dalam mengemban amanah sebagai Bursa CPO Indonesia. “Dengan semangat berkontribusi kepada bangsa dan negara, ICDX selalu  mengedepankan  prinsip  kredibilitas,  transparansi,  dan  trusted  dalam  melayani  member.  ICDX optimis  dengan  dukungan  pemerintah  dan  masyarakat,  Bursa  CPO dapat  memberikan  dampak  yang signifikan   dalam   perbaikan   tata   kelola   perdagangan   CPO   Indonesia   dan   mencapai   tujuan   utama pembentukan harga acuan yang dicita-citakan bersama,” kata Yugi.[] Yuniman Taqwa