Kisah 10 UMKM Milenial Inspiratif

Bila anda pempunyai passion menjadi seorang  entrepreneur, cepat eksekusi! Jangan ditunda. Itu sama saja  anda kehilangan kesempatan mengkongkretkan passion menjadi nilai tambah bagi banyak orang. Itulah kira-kira yang ingin disampaikan dalam buku “Kisah 10 UMKM Milenial Inspiratif”

Rekam jejak UMKM milenial dalam membangun bisnis dengan suka duka serta semangat juang yang terus dipompa tanpa jeda menjadi energi besar dalam menghadapi turbulensi bisnis, sehingga mampu bertahan dalam situasi yang dihadapi. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan bisnis dan tajam menciup peluang menjadi daya ungkit usahanya untuk terus tumbuh bergerak dinamis.

Pelakubisnis.com bersama RAI Publishing, 27 Desember lalu meluncurkan buku bertajuk  Kisah 10 UMKM Milenial Inspiratif. Buku ini diharapkan dapat menjadi inspirasi para milenial bahwa menjadi  entrepreneur adalah suatu pilihan bijak. Pasalnya, jumlah  entrepreneur di Indonesia baru mencapai 3,4 persen dari rasio jumlah penduduk di Tanah Air. Jumlah tersebut masih sangat kecil untuk bisa menjadi lokomotif  ekonomi  Indonesia menjadi negara maju. Menurut Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), paling tidak dibutuhkan 12 hingga 14 persen entrepreneur  dari rasio jumlah penduduk.

Munculnya pengusaha-pengusaha milenial yang inovatif dan kreatif pada satu dekade belakangan ini, boleh jadi dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak muda. Mereka yang mempunyai passion di bidang usaha – membuktikan dirinya – mampu membangun usaha dengan hasil yang cukup memuaskan. Oleh karena itu, perlu diubah mindset dalam menatap hari esok yang lebih baik.

Menteri Kemenparekraf, Sandiaga S Uno: “Dalam beberapa krismon terbukti UMKM hadir sebagai penyelamat ekonomi nasional/Foto: pelakubisnis.com

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, UMKM telah terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. Dalam beberapa krisis ekonomi yang pernah dihadapi bangsa ini, UMKM hadir menjadi penyelamat ekonomi. Saat ini terdapat lebih dari 65 juta UMKM di Indonesia dengan kemampuan menyerap tenaga kerja nasional sebesar 120 juta orang atau sekitar 97 persen dari total angkatan kerja di Indonesia dengan kontribusi terhadap Product Domestic Bruto mencapai lebih dari 61 persen.

“Kami percaya angka ini dapat meningkat jika UMKM terus didorong dan diberikan ruang untuk berkembang. Selamat atas peluncuran buku Kisah 10 UMKM Milenial Inspiratif. Melalui buku yang diluncurkan ini kita dapat mengambil banyak inspirasi dari 10 UMKM Milenial Inspiratif yang kreatif, inovatif dan berani mengambil resiko dengan membuka lapangan pekerjaan,” kata Sandiaga dalam sambutan peruncuran buku Kisah 10 UMKM Milenial Inspiratif, pada 27 Desember lalu.

Lebih lanjut ditambahkan, buku ini merupakan sumbangan berarti dalam mendorong generasi milenial  untuk berkiprah menjadi wirausaha dan memberi motivasi untuk berani bewirausaha dan selalu meningkatkan potensi diri.

“Kami mengapresiasi upaya yang dilakukan RAI Publising dan pelakubisnis.com sebagai bagian dari stakeholders UMKM yang berperan aktif dalam mengembangkan dan ekosistem UMKM dengan menerbitkan buku Kisah 10 UMKM Milenial Inspiratif. Buku ini adalah bagian dari subsektor penerbitan yang bertumbuh di bawah lingkup Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” tambah Sandiaga.

Sementara terjaringnya 10 UMKM milenial yang disajikan dalam buku ini bersadarkan dari hasil kurasi dari 100-an  artikel UMKM yang dimuat di pelakubisnis.com . Dari hasil kurasi tersebut terpilih 10 UMKM milenial dengan beberapa indikator yang menjadi penilaian. Ada pun  UMKM yang dipilih adalah usia milenial di bawah 40 tahun, struggle (daya juang yang tinggi), Creative dalam menjalankan usaha, Innovative baik dalam aspek produk maupun pemasaran , Empowerment People (pemberdayaan masyarakat) dan Grow Up (usahanya bertumbuh).

Berdasarkan indikator-indikator tersebut , Tim pelakubisnis.com melakukan serangkaian wawancara untuk memperdalam  dan melengkapi penulisan. Diharapkan wajah UMKM Milenial yang tersaji dalam buku ini mampu bereksplorasi, sehingga masing-masing potensi UMKM Milenial tergambar secara utuh tentang bagaimana mereka menjalankan usahanya.

Sifat Milenial yang suka tantangan dan perubahan, mendorong mereka untuk senantiasa mandiri dan kreatif. Para Milenial, merupakan generasi yang siap menjadi entrepreneur. Dengan berbagai persiapan dan bekal, mereka bisa menjadi pengusaha yang sukses.

Apalagi kini banyak perguruan tinggi membuka program studi bisnis. Universitas Prasetiya Mulya, salah satu kampus yang banyak melahirkan entrepreneur. Salah satu temuan Kantar (konsultan riset global) ketika melakukan tracer study menunjukkan lulusan perguruan tinggi ini menjadi seorang pebisnis sebesar 27%. Angka ini jauh di atas rata-rata lulusan perguruan tinggi Indonesia dan perguruan tinggi dunia.

Muhammad Ravie Cahya Ansor, umpamanya, lulusan Umar Usman Business School, Jakarta dengan program singkat (D1), tahun 2018 berhasil menjadi entrepreneur. Bermula dari menyelesaikan tugas akhir kuliah dimana ia harus membuat business performance sebagai syarat kelulusan. Pilihannya waktu itu adalah membangun bisnis di kategori  food and beverage (F and B) dalam kemasan.

Dari tugas akhir kuliah itu, ia jadi memiliki usaha yang terus berkembang pesat hingga sekarang. Tak terbayang olehnya bisnis snack fish skin dengan brand Rafin’s snack mampu menembus pasar ekspor ke Mesir dengan membukukan transaksi senilai US$35.000 atau sekitar Rp500 juta.  Padahal modal awal membangun usaha hanya Rp500 ribu.

Banyak lagi Ravie-Ravie lain yang berkiprah di bidang usaha dan mendulang sukses. Sebut saja Gita Nurhati Rochmah! Ibu satu anak  kelahiran 5 September 1994 ini berhasil membangun usaha.  Mulanya hanya sebagai karyawan di sebuah konvensi Bandung, tapi karena ia punya passion menjadi entrepreneur, akhirnya mimpinya terwujud. Usahanya memproduksi  kaos jersey dengan brand Radja Jersey mampu menembus omzet Rp 400-an juta per bulan. Bahkan ia mempunya beberapa brand, yaitu Gorgeous Indonesia, fesyen khusus wanita dan Wolke Apparel serta Mozlemen yang menyasar ke segmen pria.

Ada juga Vdimir Dicky, UMKM Furnitur Rotan dari Cirebon, Jawa Barat. Memulai bisnis di tahun 2019 di saat usianya baru 20 tahun dan sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan  Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur. Di usia  muda dan sendirian dia merantau ke Cirebon mencari peruntungan di bisnis furnitur rotan. Siapa sangka kini barang furniturnya sudah sampai ke negara ekspor seperti Australia, Israel hingga Dubai. Nilai transaksinya jangan ditanya, terakhir ia menerima order  barang furnitur senilai USD88 ribu dari negara Dubai. Bahkan tahun 2022 mampu menembus omzet US$ 500 ribu.

Lain lagi ceritanya Sathya Narayana. Ia bergabung dengan perusahaan keluarga merupakan generai kedua dari CV Denara Duta Mandiri di tahun 2020.  Sathya melakukan terobosan dengan membangun pemasaran sistem digitan. Tak hanya itu, juga mengembangkan bisnis Denara Bali dengan membuka line bisnis maklun. Denara Bali sendiri sudah memiliki sertifikat  Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik  (CPKB) dari BPOM.

Saat ini sekitar 40 persen penjualan disumbang dari gerai Krisna, sedangkan sumbangan maklun bisa mencapai 45 persen dan sisanya disumbang  dari Denara skin  Bali, toko-toko kosmetik kecil, reseller dan  online.

Dari tahun 2020 sampai tahun 2022 terjadi blow up cukup fantastis. Bila pada tahun 2020 omzet  sebesar Rp1,5 milyar. Angka ini meningkat menjadi Rp 3,1 milyar pada tahun 2021. Sampai oktober 2022 omzet Denara Bali mencapai Rp3,3 milyar. Dalam waktu dua tahun ada kenaikan penjualan sekitar 105 persen.

Sementara Fatkhurozi  punya kisah dramatik dalam mengembangkan bisnis batik. Latarbelakang orangtua sebagai pengrajin batik menginspirasi Fatkhurozi  terjun berjualan batik bersama istri. Dua tahun pertama berdarah-darah dengan omzet penjualan berkisar Rp16-21 juta per bulan. Namun paska pandemic, baru menemukan kunci  menuju sukses  dengan fokus memproduksi dan menjual batik tulis. Alhasil,  kini mampu mendongkrak omzet penjualan berkitar  Rp250  – 300 juta per bulan.

Keputusan Henry Hidayat sudah bulat! Sebelum usia 40 tahun ia harus tanggalkan profesi sebagai profesional. Apa pun resiko yang dihadapi justru menjadi tantangan. Alhasil, estafet perpindahan kuadran itu berjalan mulus. Meski di tengah jalan muncul beban psikologis yang harus dihadapi. Tapi kini bisnis madu yang digelutinya mampu meraup omzet Rp100-an juta perbulan.

Sebelum secara total menjadi pengusaha, Henry sudah mempersiapkan jauh hari. Sambil bekerja ia mengembangkan usaha event organizer (EO). Setiap Sabtu dan Minggu serta hari libur, waktunya dihabiskankan dengan menjalankan beberapa event, seperti  family gathering  perusahaan. Beberapa perusahaan pernah ditangani untuk acara tersebut.

Dan akhirnya ia putusan keluar  dari perusahan dengan mendirikan PT Bumi Oma Henshin (BOH) sebagai produsen madu dengan brand Imago Row Honey. Mimpinya ke depan ia akan  membangun taman wisata madu (Imago Farming & Edu Resort).

Septi Setiani  memberanikan diri membawa brand Sekar Jawi  masuk ke industri  food and cosmetics  yang lumayan sesak pemainnya.  Berbekal modal Rp 200 ribu dari orangtua dan support dari dosen-dosen kampus tempatnya menuntut ilmu, saya meracik ramuan rempah-rempah dan menjualnya. Alhasil kini mampu menembus omzet mencapai Rp80 juta per bulan.

Septi memproduksi produk-produk herbal dengan kedekatan budaya. Apalagi Yogya dikenal sebagai wilayah Keraton Kesultanan Yogyakarta, peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Boleh jadi muncul image di masyarakat bahwa ramuan-ramuan tradisonal keraton akan menjadi daya pikat konsumen.

UMKM binaan Pertamina ini percaya bahwa kemasan menjadi faktor penting  dalam membentuk image produk. Ia memasukkan icon Yogyakarta pada desain kemasannya sebagai image produk Sekar Jawi. Tak lupa dimasukkan  atribut Yogya seperti Tugu Yogya dan lentera Yogya yang khas. Ketika orang melihat kemasan Sekar Jawi, langsung tertanam di benaknya bahwa ini produk khas Yogya.

Sedangkan Puput Setyoko awalnya bercita-cita ingin menjadi karyawan. Tapi karena buta warna yang dideritanya, menyebabkan ia selalu gagal ketika tes kesehatan menjadi karyawan. Ia membuang jauh mimpi menjadi seorang karyawan. Di balik keterbatasan itu, justru garis nasib membawanya menjadi pengusaha industri jamur dengan omzet Rp 180 juta perbulan.

Usaha jamur dengan brand Jamur Brobudur berkembang dari hulu sampai hilr. Selain melakukan budidaya jamur, ia juga mengembangkan produk olahan jamur. Bahkan belakangan ini ke pelatihan budidaya jamur.

Sedikitnya terbentuk empat  segmen pasar Jamur Borobudur. Pertama segmen petani  yang berminat berbudidaya jamur yang membeli  bibit jamur. Kedua, menjual baglog sampai peralatan bahan-bahan budidaya jamur. Ketiga, hasil panen jamur para petani akan saya beli  untuk diolah menjadi  makanan olahan jamur. Dan keempatan pelatihan budidaya jamur.

Pegiat UMKM Ilham Pinastiko memproduksi jam tangan eksotik Pala Nusantara yang terbuat dari kayu ini  mendapat respon positif di kalangan ibu-ibu pejabat. Bahkan,  menjadi official merchandise bagi para Presiden mancanegara yang  menghadiri KTT G20 pada November di Bali.

Pioneer di lini bisnis jam tangan kayu ini mengambil program S2 di , Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi  Bandung (ITB) tentang jam tangan pada tahun 2012. Pala Nusantara diluncurkan pada tahun 2016. Ini  merupakan brand  jam tangan eksotik yang terbuat dari kayu yang kedua di Indonesia yang pernah  dibesutnya.

Brand awareness Pala Nusantara sudah semakin kuat.  Sehingga penjualan di momen pandemi tetap berjalan.  Bahkan di 2021-2022 penjualan naik. Omzet 2019 Rp300juta per bulan, sekarang sudah sampai Rp600 juta per bulan.  

Nurman Farieka Ramdhany sukses mengubah limbah kulit ceker ayam menjadi sepatu bernilai jutaan rupiah? Sosok anak muda asal kota Bandung ini menemukan ide cemerlang ini yang sebelumnya tak terbayangkan bahwa kulit ceker ayam dapat disulap menadi sepatu bernilai jutaan rupiah.

Walaupun saat awal mengembangkan sepatu kulit ceker ayam sempat dicemoohkan teman-teman. Kata mereka persentasi keberhasilannya mungkin hanya satu persen. Ia tak menggubris masukan-masukan dari luar. Ketika ia sudah senang dengan prosesnya, dan apa pun tantangannya pasti dijalankan. Proses itu harus selesai, jangan sampai setengah-setengah.

Alhasil jualan lumayan melejet. Bila pada tahun 2019 omzet baru menemus Rp 40 juta berbulan. Dalam waktu singkat – sebelum pandemic Covid-19 melanda Indonesia omzet menembus angka Rp 100 juta perbulan, bahkan sempat menembus di angka Rp200 juta per bulan. [] Yuniman Taqwa.