Jelang Lebaran Derek Permintaan Mamin

Selama Ramadhan dan Lebaran 2023 diprediksi industri makanan dan minuman (mamin) akan meraup cuan cukup melambung. Indusri ini diproyeksi mengalami petumbuhan   penjualan  di kisaran 5-7%. Pertumbuhan itu disebabkan karena tingginya permintaan mamin selama momentum itu.

Direktur Industri Agro Kementerian Perindustrian atau Kemenperin,  Putu Juli Ardika,  mengatakan, pertumbuhan makanan dan minuman pada tahun ini khususnya saat memasuki Ramadan  sangat baik. Industri mamin ini bisa tumbuh antara 5-7%, bahkan hingga akhir tahun bisa bertambah. Angka pertumbuhan industri mamin tahun ini sudah mendekati  sebelum adanya pandemi Covid-19, yang saat itu mencapai hingga 6-7%.

Kalau sebelum pandemi memang pertumbuhannya sekitar 6-7% untuk industri mamin. Kalau dari utilisasi itu, pertumbuhan mamin pada tahun ini sudah hampir sama seperti sebelum pandemi, untuk mamin,” ucap Putu, di Jakarta, pada 12/4 lalu.

Pertumbuha industri makanan dan minuman tersebut diprediksi terus meningkat hingga akhir tahun. Putu, mengatakan pertumbuhan industri mamin pada tahun ini naik signifikan. Kenaikan tersebut telah berlangsung setelah pandemi Covid-19 mereda.  “Pertumbuhan makanan dan minuman pada tahun ini khususnya memasuki Ramadan itu sangat baik. prediksi kami percaya mamin ini bisa tumbuh antara 5-7%, bahkan hingga akhir tahun bisa bertambah,” ujar Putu dalam acara Bazar Ramadan, di Kantor Kementerian Perindustrian di Jakarta, pada 11/4.

Putu menambahkan, sejumlah produsen industri makanan dan minuman saat ini berkomitmen  tidak menaikan harga jual, walaupun bahan baku sulit didapatkan. Mereka akan  memilih mengecilkan margin.  Sensitivitas dari industri mamin ini sangat besar sekali, jadi margin keuntungannya akan dikecilkan oleh produsen, mereka berpikir nya yang penting bisa jalan dulu, bukan menaikan harga.

Awal Maret lalu, Putu mengatakan, Kemenperin  sudah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Ramadan. Salah satunya dengan memastikan pasokan bahan baku industri mamin mencukupi. “Saya rasa sampai saat ini tidak ada industri yang mengeluhkan tentang kebutuhan bahan bakunya itu,” ujar Putu, sebagaimana dikutip dari katadata.co.id, pada 1/3.

Sementara Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) menilai  industri makanan dan minuman (mamin) melambat pada Ramadan tahun ini. Meskipun di ujung Ramadan mendatang pertumbuhan diproyeksikan  akan sentuh angka 30 persen. Ketua Umum GAPMMI,  Adhi S. Lukman menyebutkan,  pihaknya tetap optimistis dapat menjajaki pertumbuhan industri mamin sebesar 30 persen pada Ramadan kali ini.

Adhi S. Lukman mengatakan,  pada momentum Ramadhan 2023 ini terjadi perlambatan permintaan produk (mamin) ketimbang pada Ramadhan tahun lalu. Biasanya penjualan industri makanan dan minuman mengalami peningkatan permintaan dari konsumen saat bulan Ramadhan dibandingkan bulan lainnya. Namun, permintaan kini terlambat karena mulai meningkat setelah memasuki minggu kedua ramadhan.

“Ramadhan tahun ini permintaannya sedikit telat meskipun Januari-Februari kemarin sudah ada permintaan stok dari distributor dan grosir, tapi dari konsumen baru kenceng itu minggu-minggu ini. Biasanya 2 minggu sebelum puasa sudah tinggi permintaannya, kali ini minggu awal puasa baru mulai tinggi,” kata Adhi, sebagaimana dikutip dari liputan6.com, pada 3/4 lalu.

GAPMMI mencatat kenaikan permintaan produk makanan dan minuman mulai terasa pada akhir Maret, kenaikannya rata-rata 30 persen. Pihaknya pun optimis pada April permintaan produk mamin bisa meningkat. Disisi lain, dia menilai adanya larangan buka puasa bersama yang berlaku bagi pejabat di pemerintahan, sedikit mempengaruhi industri mamin.

Sementara Direktur Corporate Affairs Tokopedia, Nuraini Razak mengatakan, menjelang Ramadan 2023, masyarakat sudah mulai membeli produk makanan dan minuman khas Ramadhan. Terbukti dari data Tokopedia yang memperlihatkan bahwa kurma, madu dan sirup mengalami peningkatan transaksi sebesar 3x lipat, ssebagaimana dikutip dari okezone.com, pada 17/3

Masyarakat terlihat mulai melengkapi bahan masakan menjelang Ramadhan. “Ada peningkatan penjualan rata-rata hampir 4x lipat untuk daging sapi dan bawang di momen jelang Ramadan tahun ini,” ungkap Nuraini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi  Maret 2023 sebesar 0,18 persen (mtm). Angka ini lebih tinggi dari tingkat inflasi  Februari 2023 sekitar 0,16 persen. Penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Maret 2023 berasal dari makanan, minuman dan tembakau.

Memasuki periode Ramadan 2023, inflasi dapat terkendali dengan baik. Laju inflasi Maret 2023 tercatat hanya mencapai 4,97% (yoy), menurun cukup signifikan dari bulan Februari yang tercatat sebesar 5,47% (yoy).

Hal ini karena berbagai upaya pengendalian harga pangan menjelang Ramadan yang dilakukan Pemerintah terbukti cukup efektif menurunkan inflasi pangan. Peran Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga sangat krusial, terutama dalam memastikan kecukupan dan ketersediaan pasokan berbagai bahan pangan pokok.

Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) mampu diturunkan secara signifikan dari sebelumnya 7,62% (yoy) pada bulan lalu, menjadi 5,83% (yoy) pada Maret 2023. Meskipun demikian, secara bulan ke bulan, terjadi sedikit kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan menjelang Ramadan seiring naiknya permintaan.[] Yuniman Taqwa/foto ilustrasi utama: doc. Kemenperin