Mengintip Proyek Pariwisata Arab Saudi Visi 2030

Visi Arab Saudi tahun 2030 yang digagas   putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) atas ketergantungan ekonomi dari minyak dan akan lebih terbuka, modern dan moderat. Selama ini pendapatan terbesar Arab Saudi berasal dari minyak bumi, kini mulai membuka peluang-peluang baru untuk meningkatkan pendapatan di luar dari eksploitasi minyak. Diantaranya sektor pariwisata!

Menteri  Pariwisata Arab Saudi Ahmed Al Khatieb menyampaikan Putra Mahkota Arab Saudi MBS telah menetapkan tujuan yang jelas untuk industri pariwisata hingga 2030. Bahkan dia menyebut, Pangeran MBS telah menyediakan alat yang diperlukan dan waktu yang tepat untuk menggunakannya.

Salah satu sektor yang dapat menderek devisa Kerajaan Arab Saudi adalah sektor pariwisata. Sektor ini mentargetkan memberikan kontribusi sekitar 10 persen dari GDP pada tahun 2030 dan  menerima 100 juta wisatawan per tahun dan menyediakan satu juta pekerjaan.

Saudi secara bertahap melonggarkan aturan. Di antaranya, mencabut larangan menonton film di bioskop, konser campuran gender, dan olahraga, serta sudah ada pantai untuk turis berbikini. Menurut Khatieb, merinci pada hari Minggu dari 100 juta pengunjung yang ditargetkan pada  tahun 2030, 30 juta berasal  dari turis asing dan sisanya adalah perjalanan domestik.

Sejauh ini pariwisata domestik Arab Saudi mencatatkan kinerja yang luar biasa pada 2021, dengan pengeluaran 80 miliar riyal Saudi untuk 60 juta perjalanan semalam. Al Khatieb juga bicara pemulihan pariwisata Saudi di samping pelatihan 137 ribu orang Saudi di berbagai bidang dan 2.000 orang Saudi di bidang kewirausahaan.

Sekitar 30 juta kunjungan itu diprediksi datang dari umrah dan haji, sebagian besar ke Mekkah dan Madinah, dua tempat paling suci bagi umat Islam. Tahun ini, Saudi kembali membuka haji setelah dua tahun disetop karena pandemic covid-19.

Kementerian Haji dan Umrah Saudi menyatakan bahwa pengunjung yang telah memperoleh visa turis dan komersial sekarang akan diizinkan untuk melakukan umrah selama mereka tinggal di Arab Saudi, menurut seorang pejabat kerajaan. Ini menjadi mungkin bagi siapa saja yang datang ke Arab Saudi dengan jenis visa apa pun, baik itu untuk pariwisata atau untuk tujuan lain seperti pekerjaan atau bisnis guna melakukan umrah.

Arab Saudi  berupaya mendiversifikasi ekonomi yang tadinya hanya bergantung dari bahan bakar fosil. Ke depan Sektor pariwisata disebut akan ditingkatkan, bukan hanya dari wisata religi seperti haji dan umroh yang sudah berjalan. Kerajaan juga memiliki rencana memanfaatkan pasar wisata di luar haji dan umroh. Hal ini diyakini sebagai bagian dari realisasi visi 2030  untuk mengembangkan ekonomi di luar pendapatan minyak.

Beberapa proyek pariwisata ambisius. Diantaranya adalah  akan membangun kota futuristik Neom di Provinsi Tabuk, barat laut negara yang menghadap Mesir di seberang Laut Merah. Kota Neom akan dibangun seluas 26.500 kilometer di atas lahan gurun  dengan menerapkan teknologi  canggih dan memiliki kapasitas untuk 450 ribu orang pada 2026 serta sembilan juta penduduk pada 2045. Kota futuristik ini rencananya selesai secara bertahap mulai 2025.

Di kota ini di antaranya  akan dibangun gedung pencakar langit The Line, kompleks Oxagon, resort di Pulau Sindalah, dan resort ski Trojena. The Line merupakan gedung pencakar langkit berbentuk garis memanjang dengan tinggi 500 meter, selebar 200 meter, dan sepanjang 170 kilometer.

Menurut situs mega proyek Neom, Oxagon akan menjadi struktur di atas permukaan laut terbesar di dunia. Saudi berencana menerapkan 100 persen sumber energi bersih di Oxagon seluas 48 kilometer persegi itu.

Kota NEOM, salah satu proyek ambisius Arab Saudi/Foto: Pinterest

Tidak hanya itu, pemerintah Arab Saudi akan membangun proyek Amaala yang  terletak di sepanjang pantai Laut Merah barat laut.  Amaala salah satu proyek yang mengubah 50 pulau dan situs lainnya di Laut Merah menjadi resor mewah.  Di sini akan  menjadi jantung Riviera Timur Tengah yang baru sebagai bagian dari  ekosistem  Laut  Merah yang baru, yang meliputi Kota NEOM atau  Proyek Laut Merah atau disebut the Red Sea.  Kota NEOM merupakan mega proyek ambisius yang dicanangkan pemerintah Saudi sejak 2018.

Pemandangan alami dari Amaala akan menggiring para wisatawan  menyelami diri dalam keseimbangan tubuh dan jiwa, seni, budaya, olahraga, dan kebugaran terbaik yang ditawarkan di sana. Pembangunan proyek Amaala  mendukung diversifikasi industri pariwisata dan rekreasi Arab Saudi. Di sini mempromosikan konservasi budaya, keberlanjutan dan pelestarian ekologi.

Triple Bay Yacht Club/Foto: Pinterest

Amaala akan memiliki Triple Bay Yacht Club di Cagar Alam Pangeran Mohammed bin Salman. Dirancang dengan design rumah tradisional Arab, dengan mengambil eksterior putih halus dan palet bahan alami dan bersumber lokal, seperti batu, kayu, dan kulit.

“Kami mengantisipasi bahwa Amaala akan menjadi pusat internasional untuk kapal pesiar mewah, dan karena itu, klub kapal pesiar membutuhkan desain kelas dunia, dipengaruhi oleh elemen alam sekitar dan warisan Arab, dan didukung oleh komitmen kami terhadap keberlanjutan,” kata kepala eksekutif Amaala, John Pagano, sebagaimana dikutip dari detik.com, diposting pada 8/12 lalu.

Selain ada proyek Laut Merah  telah mendapatkan kontrak bernilai miliaran riyal. Proyek ini akan terdiri dari 50 resor, menawarkan hingga 8.000 kamar hotel dan lebih dari 1.000 properti hunian di 22 pulau dan enam lokasi daratan. Destinasi ini  menampilkan ngarai gunung, gunung berapi yang tidak aktif, dan situs budaya dan warisan kuno. Sindalah sendiri diyakini terkait proyek ini.

“Proyek ini diharapkan menghasilkan 22 miliar riyal pendapatan setiap tahun pada tahun 2030 dan 464 miliar riyal dalam pendapatan kumulatif melalui siklus konstruksinya dan 10 tahun beroperasi secara stabil pada tahun 2040,” menurut laporan keberlanjutan perdana The Red Sea Development Company, sebagaimana dikutip dari detik.com pada 8/12 lalu.

Tahap satu dari Proyek Laut Merah dijadwalkan selesai akhir tahun 2023, dengan fase kedua mencakup pengembangan empat atau lima pulau tambahan. Perusahaan Pengembangan Laut Merah pada Mei sedang mengevaluasi lokasi dan jenis pengalaman yang akan melengkapi fase pertama, dengan keputusan akan dibuat pada akhir tahun.

Kemudian ada proyek Ad Diriyah yang berada di pinggiran Riyadh. Pengembangan proyek ini senilai US$ 17 miliar akan mencakup beberapa resor mewah, termasuk  brand  hotel internasional . Gerbang Diriyah I akan menampilkan 18 hotel dalam komunitas perkotaan tradisional serba guna yang akan dibuat dengan gaya arsitektur Najdi otentik. Ini identik dengan design khas desa-desa yang menggunakan bata lumpur dan plester yang sama seperti yang dilakukan ratusan tahun silam.

Gerbang Diriyah II direncanakan pengembangan serba guna berskala Paris. Di sini  berfokus pada pejalan kaki, dengan semua aset hiburan budaya. Gerbang Diriyah III akan memiliki aspek perumahan yang besar. Proyek warisan senilai US$ 50,6 miliar menargetkan 27 juta pengunjung domestik dan internasional pada tahun 2030.

Terakhir proyek Umluj merupakan pulau dengan kekayaan alam yang belum pernah tersentuh manusia. Di pulau Umluj wisatawan bisa melihat lumba-lumba sambil snorkeling, memancing bersantai  di atas pasir putih sambil menyaksikan penyu yang berenang di sekitaran pulau.

Perairan di pulau Umluj merupakan area penyelaman yang tergolong ke dalam kelas dunia lautnya jauh lebih tenang daripada Spot di Laut Merah dan memiliki 1200 Spesies ikan serta 300 jenis batu karang. Pulau Umluj disebut sebagai Maladewa di Arab Saudi.

Untuk menunjang proyeko-proyek ambisus tersebut, Kerajaan Arab Saudi bakal meluncurkan membangun bandara terbesar di dunia. Pembangunan bandara yang akan dinamakan Bandara Internasional King Salman. Hal  itu diungkapkan oleh Putra Mahkota Saudi MBS, sebagaimana dikutip dari kompastv.com, 2/12 lalu.

Dia mengungkapkan,  bandara tersebut akan dibangun di bandara yang sudah ada di Riyadh, Bandara Internasional King Khalid. Seperti dilaporkan Saudi Press Agency (SPA) dikutip dari The Independent, Bandara King Salman akan menambah terminal yang sudah ada. Bandara tersebut dirancang dengan tujuan menampung hingga 120 juta pelancong pada 2030, dengan angka yang diproyeksikan meningkat menjadi 185 juta pada 2050. [] Yuniman Taqwa